Pelaku industri keramik nantikan penurunan harga gas
10 Januari 2017 15:31 WIB
Pameran Keramika Pengunjung mengamati produk dalam Pameran Keramika 2015 di Jakarta, Kamis (19/3). Pameran industri keramik untuk mempromosikan keramik di pasar global tersebut berlangsung hingga 22 Maret 2015. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari) ()
Jakarta (ANTARA News) - Pelaku industri keramik yang tergabung dalam Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) tengah menantikan penurunan harga gas tahun ini.
"Industri keramik menunggu keputusan pemerintah menurunkan harga gas. Harapan kami bulan depan harga gas turun," kata Ketua Umum Asaki Elisa Sinaga saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
(Baca juga: Penjualan industri keramik tumbuh 15 persen)
Elisa menyampaikan, harga gas yang digunakan industri keramik saat ini mencapai 8,1 dollar AS per MMBTU di Pulau Jawa bagian barat dan 9,1 dollar AS per MMBTU di Pulau Jawa bagian timur.
Elisa berharap, harga gas untuk industri keramik bisa turun hingga 6-7 dollar AS per MMBTU dengan harga yang sama di seluruh daerah.
"Bagusnya memang sama. Karena orientasi pasarnya sama. Kalau terjadi perbedaan, daya saingnya kurang baik," kata Elisa.
Ia menyampaikan, gas digunakan industri keramik sebagai energi yang sifatnya prioritas dan tidak dapat digantikan dengan energi lain, karena akan mempengaruhi kualitas produksi.
Adapun penggunaannya berkontribusi sebesar 22-38 persen terhadap seluruh biaya produksi.
"Secara umum 33-35 persen. Bahkan ada yang 38 persen. Kalau genteng keramik itu berkontribusi 40 persen," ungkapnya.
Ia memprediksi, industri properti akan mulai tumbuh selepas kuartal I/2017 atau pada Bulan April. Sehingga, diharapkan penurunan harga gas dapat terealisasi sebelum April 2017.
Menurutnya, penurunan harga gas untuk industri keramik dapat mendongkrak produktivitas dan daya saing industri di dalam negeri.
Sehingga, industri keramik dalam negeri dapat memanfaatkan potensi pasar yang mulai membaik tersebut.
"Kalau tidak, ini bisa dimanfaatkan oleh produk asing. Penurunan harga gas membuat semangat produksi bangkit kembali. Karena biaya produksinya bisa turun," ungkap Elisa.
"Industri keramik menunggu keputusan pemerintah menurunkan harga gas. Harapan kami bulan depan harga gas turun," kata Ketua Umum Asaki Elisa Sinaga saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
(Baca juga: Penjualan industri keramik tumbuh 15 persen)
Elisa menyampaikan, harga gas yang digunakan industri keramik saat ini mencapai 8,1 dollar AS per MMBTU di Pulau Jawa bagian barat dan 9,1 dollar AS per MMBTU di Pulau Jawa bagian timur.
Elisa berharap, harga gas untuk industri keramik bisa turun hingga 6-7 dollar AS per MMBTU dengan harga yang sama di seluruh daerah.
"Bagusnya memang sama. Karena orientasi pasarnya sama. Kalau terjadi perbedaan, daya saingnya kurang baik," kata Elisa.
Ia menyampaikan, gas digunakan industri keramik sebagai energi yang sifatnya prioritas dan tidak dapat digantikan dengan energi lain, karena akan mempengaruhi kualitas produksi.
Adapun penggunaannya berkontribusi sebesar 22-38 persen terhadap seluruh biaya produksi.
"Secara umum 33-35 persen. Bahkan ada yang 38 persen. Kalau genteng keramik itu berkontribusi 40 persen," ungkapnya.
Ia memprediksi, industri properti akan mulai tumbuh selepas kuartal I/2017 atau pada Bulan April. Sehingga, diharapkan penurunan harga gas dapat terealisasi sebelum April 2017.
Menurutnya, penurunan harga gas untuk industri keramik dapat mendongkrak produktivitas dan daya saing industri di dalam negeri.
Sehingga, industri keramik dalam negeri dapat memanfaatkan potensi pasar yang mulai membaik tersebut.
"Kalau tidak, ini bisa dimanfaatkan oleh produk asing. Penurunan harga gas membuat semangat produksi bangkit kembali. Karena biaya produksinya bisa turun," ungkap Elisa.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017
Tags: