Relaksasi ekspor mineral mentah diputuskan Presiden Selasa
10 Januari 2017 05:15 WIB
Ekspor Konsentrat Tembaga Freeport. Sejumlah Haul Truck dioperasikan di area tambang terbuka PT Freeport Indonesia di Timika, Papua, Sabtu (19/9/2015). PT Freeport Indonesia kini mendapat izin ekspor untuk Juli 2015 - Januari 2016 dengan kuota ekspor mencapai 775.000 ton konsentrat tembaga. Selain itu Freeport mendapat pengurangan bea keluar menjadi lima persen lantaran kemajuan pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) di Gresik, Jawa Timur, yang sudah mencapai 11 persen.(ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan keputusan mengenai relaksasi ekspor mineral mentah akan diserahkan kepada Presiden Jokowi dalam rapat kabinet terbatas Selasa (10/1).
Luhut dalam jumpa pers di Jakarta, Senin petang, menjelaskan bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014, izin perusahaan tambang diperbolehkan melakukan ekspor mineral mentah akan berakhir 11 Januari 2017 dengan harapan bisa segera membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter).
Jika tidak ada revisi mengenai kebijakan tersebut, maka perusahaan tambang tidak diperkenankan untuk melakukan ekspor mineral mentah.
"Besok ada ratas. Intinya kami cari solusi. Mudah-mudahan besok pagi akan dilaporkan ke Presiden," katanya.
Menurut mantan Menko Polhukam itu, pemerintah sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan mengenai relaksasi tersebut.
Pasalnya, pemerintah tidak ingin mengulangi kesalahan di masa lalu. Menurut Luhut, tanpa bermaksud menyalahkan pihak mana pun, banyak pelanggaran yang terjadi dalam keputusan mengenai relaksasi ekspor mineral mentah tersebut.
"Kami tidak ingin mengulangi kesalahan. Kita ini menerima masalah lalu yang menurut saya, kita banyak melanggar UU Minerba. Tapi sudah kejadian, mau diapain? Kita cari solusi, jalan tengah," ujarnya.
Ada pun secara spesifik mengenai relaksasi ekpor konsentrat (mineral olahan yang belum pemurnian) Freeport yang kerap jadi sorotan karena telah enam kali diperpanjang, Luhut mengatakan pemerintah akan berupaya untuk memilih keputusan terbaik.
"Kami cari solusi terbaik. Kami tau mana yang terbaik dari pilihan yang sulit. Tapi yang jelas, kalau aturannya jadi, Freeport juga harus comply (taat) dengan aturan yang kami buat jangan seperti yang lalu, bilang ya tapi tidak juga bangun smelter," katanya.
Luhut sendiri mengundang Menteri ESDM Ignasius Jonan, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dan Menteri BUMN Rini Soemarno untuk membahas relaksasi ekspor mineral.
Revisi aturan mengenai relaksasi ekspor mineral diyakini dapat memberi kepastian hukum bagi industri pertambangan mineral dan batubara. Di sisi lain, larangan ekspor konsentrat juga diharapkan dapat mendorong hilirisasi sektor tersebut di dalam negeri.
Luhut dalam jumpa pers di Jakarta, Senin petang, menjelaskan bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2014, izin perusahaan tambang diperbolehkan melakukan ekspor mineral mentah akan berakhir 11 Januari 2017 dengan harapan bisa segera membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter).
Jika tidak ada revisi mengenai kebijakan tersebut, maka perusahaan tambang tidak diperkenankan untuk melakukan ekspor mineral mentah.
"Besok ada ratas. Intinya kami cari solusi. Mudah-mudahan besok pagi akan dilaporkan ke Presiden," katanya.
Menurut mantan Menko Polhukam itu, pemerintah sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan mengenai relaksasi tersebut.
Pasalnya, pemerintah tidak ingin mengulangi kesalahan di masa lalu. Menurut Luhut, tanpa bermaksud menyalahkan pihak mana pun, banyak pelanggaran yang terjadi dalam keputusan mengenai relaksasi ekspor mineral mentah tersebut.
"Kami tidak ingin mengulangi kesalahan. Kita ini menerima masalah lalu yang menurut saya, kita banyak melanggar UU Minerba. Tapi sudah kejadian, mau diapain? Kita cari solusi, jalan tengah," ujarnya.
Ada pun secara spesifik mengenai relaksasi ekpor konsentrat (mineral olahan yang belum pemurnian) Freeport yang kerap jadi sorotan karena telah enam kali diperpanjang, Luhut mengatakan pemerintah akan berupaya untuk memilih keputusan terbaik.
"Kami cari solusi terbaik. Kami tau mana yang terbaik dari pilihan yang sulit. Tapi yang jelas, kalau aturannya jadi, Freeport juga harus comply (taat) dengan aturan yang kami buat jangan seperti yang lalu, bilang ya tapi tidak juga bangun smelter," katanya.
Luhut sendiri mengundang Menteri ESDM Ignasius Jonan, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dan Menteri BUMN Rini Soemarno untuk membahas relaksasi ekspor mineral.
Revisi aturan mengenai relaksasi ekspor mineral diyakini dapat memberi kepastian hukum bagi industri pertambangan mineral dan batubara. Di sisi lain, larangan ekspor konsentrat juga diharapkan dapat mendorong hilirisasi sektor tersebut di dalam negeri.
Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017
Tags: