Curahan hati anak Wiji Thukul tentang "Istirahatlah Kata-kata" (video)
9 Januari 2017 00:59 WIB
Anak Wiji Thukul, Fitri Nganthi Wani (tengah) dalam temu media film "Istirahatlah Kata-kata" di Jakarta, Minggu (8/1/2017). (ANTARA News/ Arindra Meodia)
Jakarta (ANTARA News) - Anak Wiji Thukul, Fitri Nganthi Wani, mengungkapkan isi hatinya, menjadi seorang putri dari penyair dan aktivis tersebut.
Dia sangat menyambut positif apresiasi dari seniman perfilman atas karya-karya ayahnya yang kemudian diangkat ke layar lebar dalam film berjudul "Istirahatlah Kata-kata".
Film tersebut mengisahkan saat-saat di mana Wiji Thukul harus bersembunyi dari kejaran aparat Orde Baru melarikan diri ke Pontianak selama delapan bulan pasca kerusuhan 27 Juli 1996 di Jakarta.
"Menjadi putri dari seorang Wiji Thukul dengan memori-memori yang masih membekas menjadikan jalan hidup saya menjadi sedikit tidak mudah. Meski begitu, sejak kepergiaannya saya selalu menanamkan dalam benak saya bahwa kepergian bapak adalah untuk tujuan yang mulia," ujar Wani, dalam temu media, di Jakarta, Minggu.
"Saya memakan banyak waktu untuk memahami Bapak saya, untuk memaafkan keadaan, untuk belajar merelakan, hingga pada akhirnya apa yang saya tanamkan dalam benak saya mendapat respon baik dari Tuhan alam semesta," sambung dia.
Lebih lengkap simak video berikut.
Dia sangat menyambut positif apresiasi dari seniman perfilman atas karya-karya ayahnya yang kemudian diangkat ke layar lebar dalam film berjudul "Istirahatlah Kata-kata".
Film tersebut mengisahkan saat-saat di mana Wiji Thukul harus bersembunyi dari kejaran aparat Orde Baru melarikan diri ke Pontianak selama delapan bulan pasca kerusuhan 27 Juli 1996 di Jakarta.
"Menjadi putri dari seorang Wiji Thukul dengan memori-memori yang masih membekas menjadikan jalan hidup saya menjadi sedikit tidak mudah. Meski begitu, sejak kepergiaannya saya selalu menanamkan dalam benak saya bahwa kepergian bapak adalah untuk tujuan yang mulia," ujar Wani, dalam temu media, di Jakarta, Minggu.
"Saya memakan banyak waktu untuk memahami Bapak saya, untuk memaafkan keadaan, untuk belajar merelakan, hingga pada akhirnya apa yang saya tanamkan dalam benak saya mendapat respon baik dari Tuhan alam semesta," sambung dia.
Lebih lengkap simak video berikut.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017
Tags: