Basarnas butuh 30 jam evakuasi jasad Pajar dari runtuhan Kamala Lagoon
6 Januari 2017 06:46 WIB
Anggota kepolisian dan petugas keamanan berjaga di depan gerbang saat proses evakuasi korban insiden kecelakaan kerja, di kawasan pembangunan Apartemen Grand Kamala Lagoon, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (4/1/2017). (ANTARA FOTO/Risky Andrianto)
Bekasi (ANTARA News) - Badan Sar Nasional (Basarnas) berhasil mengevakuasi jasad Pajar Sidik (24) dari reruntuhan puing tangga darurat Apartemen Grand Kamala Lagoon Kota Bekasi, Kamis malam, atau membutuhkan waktu 30 jam.
"Basarnas bergabung dalam tim evakuasi korban berdasarkan informasi dari media massa. Tidak ada laporan kepada kami dari pihak perusahaan maupun instansi terkait perihal insiden kecelakaan kerja ini," kata Kepala Seksi Operasi dan Komunikasi Basarnas Pusat Agust di Bekasi, Kamis.
Menurut dia, tim Basarnas beranggotakan 12 orang langsung menuju ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) di Tower Emerald North Apartemen Grand Kamala Lagoon Kelurahan Pekayonjaya, Kecamatan Bekasi Selatan pada Rabu (5/1) sore.
Basarnas langsung bergabung dengan tim evakuasi dari kepolisian, TNI, PMI, pemadam kebakaran dan pihak pengembang untuk melakukan pencarian terhadap jasad Pajar Sidik.
"30 jam kami bekerja mencari jasad korban dan ditemukan pukul 20.45 WIB sejajar dengan pintu low ground (LG) dalam keadaan tewas," katanya.
Agust mengatakan, tanda awal ditemukannya korban adalah bercak darah korban yang menempel pada besi coran.
"Tanda awalnya adalah besi coran nampak darah bekas kulit atau luka di posisi kedalaman 7 meter dari permukaan atas reruntuhan," katanya.
Dari tanda tersebut, pihaknya memperkirakan jasad korban ada di kedalaman 50 sentimeter dari tanda tersebut.
"Perkiraan itu kita hitung dari ujung besi dengan bekas darah dan benar saja, korban berada di posisi itu setelah 30 jam proses evakuasi," katanya.
Proses penggalian pun difokuskan pada tanda tersebut dan perlahan jasad korban mulai terlihat petugas.
"Awalnya yang terlihat bagian kepala, kuping dan bahu korban. Korban ditemukan pada posisi telungkup berkaos merah dan celana hitam pukul 20.45 WIB," katanya.
Komandan Operasi Lapangan Basarnas Pusat Budiharto mengatakan, proses evakuasi korban memang berjalan lambat akibat sempitnya ruang kejadian yang berukuran 6x2 meter per segi serta beban material puing beton dan besi yang cukup berat.
"Kalau dihitung bobot puingnya bisa sampai puluhan ton. Kami angkut puing menggunakan alat berat crane dari satu lobang celah lantai 34 hingga ke lantai LG satu per satu. Kalau puing ringan kita gali manual pakai pacul dan pengki," katanya.
Menurut dia, pola tumpukan puing berlapis-lapis sehingga perlu dilakukan pemotongan satu per satu beton yang mengubur jasad Pajar.
Jasad warga Kampung Gunung Madang RT04/RW06 Kelurahan Kawitan, Kecamatan Salopa Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, itu selanjutnya dibawa petugas menuju RS Polri Kramatjati, Jakarta untuk autopsi.
"Kami tidak izinkan keluarga korban melihat langsung jasad Pajar dengan alasan psikologis. Hanya paman korban M Nur yang kami bawa melihat jasad korban dan memberikan penjelasan proses evakuasi," katanya.
Baca: Insiden Kamala Lagoon
"Basarnas bergabung dalam tim evakuasi korban berdasarkan informasi dari media massa. Tidak ada laporan kepada kami dari pihak perusahaan maupun instansi terkait perihal insiden kecelakaan kerja ini," kata Kepala Seksi Operasi dan Komunikasi Basarnas Pusat Agust di Bekasi, Kamis.
Menurut dia, tim Basarnas beranggotakan 12 orang langsung menuju ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) di Tower Emerald North Apartemen Grand Kamala Lagoon Kelurahan Pekayonjaya, Kecamatan Bekasi Selatan pada Rabu (5/1) sore.
Basarnas langsung bergabung dengan tim evakuasi dari kepolisian, TNI, PMI, pemadam kebakaran dan pihak pengembang untuk melakukan pencarian terhadap jasad Pajar Sidik.
"30 jam kami bekerja mencari jasad korban dan ditemukan pukul 20.45 WIB sejajar dengan pintu low ground (LG) dalam keadaan tewas," katanya.
Agust mengatakan, tanda awal ditemukannya korban adalah bercak darah korban yang menempel pada besi coran.
"Tanda awalnya adalah besi coran nampak darah bekas kulit atau luka di posisi kedalaman 7 meter dari permukaan atas reruntuhan," katanya.
Dari tanda tersebut, pihaknya memperkirakan jasad korban ada di kedalaman 50 sentimeter dari tanda tersebut.
"Perkiraan itu kita hitung dari ujung besi dengan bekas darah dan benar saja, korban berada di posisi itu setelah 30 jam proses evakuasi," katanya.
Proses penggalian pun difokuskan pada tanda tersebut dan perlahan jasad korban mulai terlihat petugas.
"Awalnya yang terlihat bagian kepala, kuping dan bahu korban. Korban ditemukan pada posisi telungkup berkaos merah dan celana hitam pukul 20.45 WIB," katanya.
Komandan Operasi Lapangan Basarnas Pusat Budiharto mengatakan, proses evakuasi korban memang berjalan lambat akibat sempitnya ruang kejadian yang berukuran 6x2 meter per segi serta beban material puing beton dan besi yang cukup berat.
"Kalau dihitung bobot puingnya bisa sampai puluhan ton. Kami angkut puing menggunakan alat berat crane dari satu lobang celah lantai 34 hingga ke lantai LG satu per satu. Kalau puing ringan kita gali manual pakai pacul dan pengki," katanya.
Menurut dia, pola tumpukan puing berlapis-lapis sehingga perlu dilakukan pemotongan satu per satu beton yang mengubur jasad Pajar.
Jasad warga Kampung Gunung Madang RT04/RW06 Kelurahan Kawitan, Kecamatan Salopa Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, itu selanjutnya dibawa petugas menuju RS Polri Kramatjati, Jakarta untuk autopsi.
"Kami tidak izinkan keluarga korban melihat langsung jasad Pajar dengan alasan psikologis. Hanya paman korban M Nur yang kami bawa melihat jasad korban dan memberikan penjelasan proses evakuasi," katanya.
Baca: Insiden Kamala Lagoon
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017
Tags: