Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Kamis sore bergerak menguat sebesar 90 poin menjadi Rp13.360, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.450 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis mengatakan bahwa dolar AS bergerak melemah terhadap sejumlah mata uang utama dunia, termasuk rupiah pasca rilis notulen rapat bank sentral AS (The Fed).

"Hasil notulen rapat The Fed menyatakan rencana kenaikan suku bunga pada 2017 ini bukan hal mudah untuk dijalanakan. Dengan pandangan pseimis itu membuat nilai dolar AS mengalami tekanan," katanya.

Ia menambahkan bahwa hal pesimis itu juga terjadi menunggu dan mempertimbangkan kebijakan fiskal Presiden terpilih AS Donald Trump pada tahun ini serta menanti perkembangan data ekonomi AS.

Di sisi lain, lanjut dia, harga minyak mentah dunia yang kembali bergerak menguat turut menjadi sentimen positif bagi mata uang komoditas. Terpantau, harga minyak mentah dunia jenis WTI crude pada Kamis (5/1) sore bergerak menguat 0,04 persen menjadi ke posisi 53,28 dolar AS per barel dan Brent crude naik 0,04 persen ke level 56,46 dolar AS per barel.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa rilis inflasi Indonesia tahun 2016 yang dinilai terjaga serta adanya kemajuan dari pelaporan amnesti pajak menambah dorongan bagi mata uang rupiah terapresiasi terhadap dolar AS.

Perbaikan pada pasar valas domestik, lanjut dia, diharapkan dapat berimbas positif pada pergerakan sejumlah harga surat utang atau obligasi di dalam negeri sehingga pasar keuamgan di dalam negeri kondusif.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.370 dibandingkan Rabu (4/1) Rp13.478.