Yenny Wahid sampaikan pesan kedamaian Gus Dur
28 Desember 2016 18:15 WIB
Yenny Wahid menyampaikan sambutan pada Haul Gus Dur di Pesantren Raudlah Darus Salam Sukorejo, Bangsalsari, Jember, Jatim, 27 Desember 2016.(istimewa)
Jember (ANTARA News) - Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid atau biasa disapa Yenny Wahid menyampaikan pesan kedamaian almarhum ayahnya dalam haul KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), di Yayasan Raudlah Darus Salam Sukorejo, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember, Jatim, Selasa (27/12) malam.
"Alhamdulillah semua tokoh agama yang diundang dalam acara haul Gus Dur bersamaan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW di Yayasan Raudlah Darus Salam Sukorejobisa hadir semua, termasuk Neng Yenny Wahid," kata Pengasuh Yayasan Raudlah Darus Salam Sukorejo KH Misbahus Salam, di Jember, Rabu.
Selain Direktur The Wahid Institute itu, beberapa tokoh yang hadir dalam cara tersebut, yakni tokoh ulama Papua KH Payage, Pengurus Pusat Gerakan Pemuda Ansor yang juga suami Yenny Wahid Dhahir Farizi, kemudian Bupati Jember Faida bersama suaminya, Kapolres Jember AKBP Kusworo Wibowo, dr Hamid Bangkalan, dan HM Arum Sabil.
"Pengurus Cabang Muslimat NU Jember dan ratusan warga Gus Durian di kawasan Tapal Kuda juga hadir dalam acara haul Gus Dur yang dikemas sekaligus dengan Maulid Nabi Muhammad SAW," katanya.
Dalam pidatonya, Yenny Wahid berpesan kepada bangsa dan negara untuk selalu menjaga kedamaian di negeri tercinta Indonesia dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Pemikiran almarhum Gus Dur selalu menjadi inspirasi bagi masyarakat dunia bahwa Islam mengajak persaudaraan dan perdamaian, bukan untuk memecah belah persatuan umat," ujar perempuan kelahiran Jombang, 29 Oktober 1974 itu pula.
Yenny yang memiliki pola pikir tidak jauh dengan almarhum Gus Dur itu, mengajak masyarakat lebih mengedepankan Islam yang moderat, menghargai pluralisme, dan selalu pembawa pesan kedamaian, sehingga bisa meneruskan perjuangan almarhum ayahnya.
Sedangkan Bupati Jember Faida mengatakan hal yang perlu diingat dari almarhum Gus Dur adalah kiprahnya dalam bidang kemanusiaan dan perdamaian, serta pluralisme yang menghargai perbedaan.
"Beliau selalu menekankan kalau ada yang lebih penting dari politik dan kekuasaan adalah kemanusiaan, sehingga tidak ada jabatan yang perlu dipertahankan mati-matian," ujar Bupati pertama perempuan di Jember itu lagi.
Ia mengatakan, Gus Dur sebagai tokoh pluralisme karena menghormati perbedaan, sehingga perlu diteladani oleh semua pihak karena Gus Dur selalu menjadi tokoh terdepan dalam memerangi sikap-sikap intoleran dari suatu penganut agama.
"Alhamdulillah semua tokoh agama yang diundang dalam acara haul Gus Dur bersamaan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW di Yayasan Raudlah Darus Salam Sukorejobisa hadir semua, termasuk Neng Yenny Wahid," kata Pengasuh Yayasan Raudlah Darus Salam Sukorejo KH Misbahus Salam, di Jember, Rabu.
Selain Direktur The Wahid Institute itu, beberapa tokoh yang hadir dalam cara tersebut, yakni tokoh ulama Papua KH Payage, Pengurus Pusat Gerakan Pemuda Ansor yang juga suami Yenny Wahid Dhahir Farizi, kemudian Bupati Jember Faida bersama suaminya, Kapolres Jember AKBP Kusworo Wibowo, dr Hamid Bangkalan, dan HM Arum Sabil.
"Pengurus Cabang Muslimat NU Jember dan ratusan warga Gus Durian di kawasan Tapal Kuda juga hadir dalam acara haul Gus Dur yang dikemas sekaligus dengan Maulid Nabi Muhammad SAW," katanya.
Dalam pidatonya, Yenny Wahid berpesan kepada bangsa dan negara untuk selalu menjaga kedamaian di negeri tercinta Indonesia dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Pemikiran almarhum Gus Dur selalu menjadi inspirasi bagi masyarakat dunia bahwa Islam mengajak persaudaraan dan perdamaian, bukan untuk memecah belah persatuan umat," ujar perempuan kelahiran Jombang, 29 Oktober 1974 itu pula.
Yenny yang memiliki pola pikir tidak jauh dengan almarhum Gus Dur itu, mengajak masyarakat lebih mengedepankan Islam yang moderat, menghargai pluralisme, dan selalu pembawa pesan kedamaian, sehingga bisa meneruskan perjuangan almarhum ayahnya.
Sedangkan Bupati Jember Faida mengatakan hal yang perlu diingat dari almarhum Gus Dur adalah kiprahnya dalam bidang kemanusiaan dan perdamaian, serta pluralisme yang menghargai perbedaan.
"Beliau selalu menekankan kalau ada yang lebih penting dari politik dan kekuasaan adalah kemanusiaan, sehingga tidak ada jabatan yang perlu dipertahankan mati-matian," ujar Bupati pertama perempuan di Jember itu lagi.
Ia mengatakan, Gus Dur sebagai tokoh pluralisme karena menghormati perbedaan, sehingga perlu diteladani oleh semua pihak karena Gus Dur selalu menjadi tokoh terdepan dalam memerangi sikap-sikap intoleran dari suatu penganut agama.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: