Warga Wates resah pascatanggul Sungai Serang ambrol
26 Desember 2016 21:03 WIB
ilustrasi: Bencana Banjir Purworejo Warga menggunakan sampan dari pohon pisang melintas di tengah perkampungan yang tergenang banjir di Desa Rowodadi, Grabag, Purworejo, Jawa Tengah, Senin (5/12/2016). (ANTARA/Anis Efizudin) ()
Kulon Progo (ANTARA News) - Warga di Pedukuhan I Desa Karangwuni, Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengaku resah pascatanggul Sungai Serang sepanjang 60 meter ambrol.
Ketua RT Pedukuhan I Sugiyono di Kulon Progo, Senin, mengatakan tanggul tersebut ambrol sepanjang 60 meter dengan lebar sekitar 7 meter dan lokasinya berada di tikungan sungai.
"Lebar tanggul hanya tersisa kurang dari satu meter, sehingga hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. Kalau aliran sungai kembali banjir dikhawatirkan tanggul itu akan jebol," kata Sugiyono.
Ia mengatakan pihaknya menerima laporan dari warga terkait ambrolnya tanggul tersebut empat hari lalu. Diperkirakan tanggul ambrol sejak sekitar sebulan lalu saat terjadi banjir di aliran sungai tersebut. Namun karena tanggul itu jauh dari pemukiman sehingga baru diketahui kalau jebol beberapa hari terakhir.
Selain itu, dirinya sudah melaporkan ke pemerintah desa, setelah menerima laporan dari warga. Dari Pemerintah desa juga sudah melakukan pengecekan ke lokasi, mengukur, dan mengambil foto dokumentasinya, dan akan dilaporkan ke Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO).
"Kalau jebol lahan sawah di sini akan tergenang air yang masuk dari sungai. Persawahan milik sekitar 50 kepala keluarga warga RT 1 (Pedukuhan Keboan, Karangwuni) ini terancam," katanya.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo Hepi Eko Nugroho mengatakan pihaknya belum menerima laporan terkait jebolnya tanggul Sungai Serang di Desa Karangwuni tersebut.
"Bencana seperti tanggul jebol seringkali menjadi dilema bagi BPBD karena kewenangannya berada di BBWSSO," katanya.
Ketua RT Pedukuhan I Sugiyono di Kulon Progo, Senin, mengatakan tanggul tersebut ambrol sepanjang 60 meter dengan lebar sekitar 7 meter dan lokasinya berada di tikungan sungai.
"Lebar tanggul hanya tersisa kurang dari satu meter, sehingga hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. Kalau aliran sungai kembali banjir dikhawatirkan tanggul itu akan jebol," kata Sugiyono.
Ia mengatakan pihaknya menerima laporan dari warga terkait ambrolnya tanggul tersebut empat hari lalu. Diperkirakan tanggul ambrol sejak sekitar sebulan lalu saat terjadi banjir di aliran sungai tersebut. Namun karena tanggul itu jauh dari pemukiman sehingga baru diketahui kalau jebol beberapa hari terakhir.
Selain itu, dirinya sudah melaporkan ke pemerintah desa, setelah menerima laporan dari warga. Dari Pemerintah desa juga sudah melakukan pengecekan ke lokasi, mengukur, dan mengambil foto dokumentasinya, dan akan dilaporkan ke Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO).
"Kalau jebol lahan sawah di sini akan tergenang air yang masuk dari sungai. Persawahan milik sekitar 50 kepala keluarga warga RT 1 (Pedukuhan Keboan, Karangwuni) ini terancam," katanya.
Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo Hepi Eko Nugroho mengatakan pihaknya belum menerima laporan terkait jebolnya tanggul Sungai Serang di Desa Karangwuni tersebut.
"Bencana seperti tanggul jebol seringkali menjadi dilema bagi BPBD karena kewenangannya berada di BBWSSO," katanya.
Pewarta: Sutarmi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: