Bayi kembar siam Probolinggo operasi pemisahan darurat
26 Desember 2016 19:39 WIB
ilustrasi: Bayi Kembar Siam Seorang perawat memeriksa bayi kembar siam yang menjalani perawatan intensif di ruang NICU IGD RSUD dr Soetomo, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (23/12/2016). Bayi kembar siam dengan kondisi dempet perut (Omphalopagus) tersebut merupakan bayi kembar siam ke-81 yang ditangani oleh RSUD dr Soetomo. (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)
Surabaya (ANTARA News) - Bayi kembar siam Probolinggo yang didiagnosis Omphalopagus (dempet tali pusar) dengan Atresi Ani (tidak punya anus) menjalani operasi pemisahan darurat di RSUD dr Soetomo Surabaya, Senin.
Hal itu disebabkan lantaran lahir secara prematur dalam usia kandungan antara 34 hingga 36 minggu, dan tidak memiliki saluran buang air besar (BAB), kulit lapisan yang membalut pusar sobek dan usus memburai keluar, sehingga dapat mengancam jiwanya.
Ketua tim dokter kembar siam RSUD Dr Soetomo Surabaya, dr Agus Harianto SpA(K) menjelaskan, bagian omphacele mengalami pecah akibatnya usus yang semestinya di dalam perut, justru keluar dan mudah terkena infeksi.
"Status darurat ini diberlakukan oleh tim dokter, karena operasi darurat ini memiliki resiko sangat tinggi, karena umur bayi prematur ini belum cukup bulan. Sehingga ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi, seperti kedua bayi bisa meninggal atau salah satu bayi meninggal ataupun dua-duanya bisa selamat," jelas Agus.
Sebelum pecah, tambahnya, bayi kembar yang kemarin sudah diberi nama, Desta Aminatus Zahro dan Desty Aminatus Zahro itu, sudah mendapatkan perawatan yang maksimal dengan dua skenario yang akan dijalankan. Di antaranya, dengan rectal tube atau dengan memasukkan semacam slang ke kelamin bayi yang bertujuan untuk mengeluarkan kotoran dari perut.
"Cara tersebut sudah dilakukan setiap hari. Dengan begitu, bayi tetap bisa mengeluarkan kotoran dari perutnya secara rutin. Tapi, apa daya Sejak Sabtu malam (24/12) perut bayi membesar," jelasnya.
Apalagi dalam sehari, lanjutnya, bayi tidak BAB dengan normal karena tidak memiliki anus, sehingga mengakibatkan kulit yang menyatukan bayi itu pecah. Jadi mau tidak mau harus naik ke meja operasi untuk menyelamatkan jiwanya.
Salah seorang anggota tim dokter, Mahrus A. Rahman SpA(K) mengatakan bahwa dari pemeriksaan ekokardiografi, dia menemukan adanya persisten duktus arteriosus (PDA) pada bayi.
"PDA merupakan kondisi jantung yang belum menutup sempurna. Namun, kondisi tersebut bisa pulih. Tentu dokter harus memberikan bantuan obat-obatan.
Selain itu, bayi tersebut diketahui mengalami hipertensi pulmonari. Hal itu terdeteksi sejak awal diagnosis. Penyebabnya sirkulasi darah yang tidak lancar.
"Untuk bayi prematur, sirkulasi darahnya biasanya mengikuti saat dalam kandungan," imbuh konsultan jantung anak itu.
Pada operasi yang diperkirakan berjalan selama 4-6 jam ini ditangani oleh dr Urip Murtedjo SpB-KL, Prof dr Soekry Erfan SpF(K), dr Boedi Laraswati SpRad(K), dr Risa Etika SpA(K), dokter Agus, dan dokter Mahrus.
Sementara itu, orang tua bayi kembar, Iman Mustari hanya bisa pasrah setelah mendapat penjelasan dari tim dokter terkait kondisi anaknya.
"Saya pasrah kepada Allah melalui perantara para tim medis untuk melaksanakan operasi, karena menurut dokter memang langkah yang terbaik untuk menyelamatkan ke dua anak saya, semoga keduanya bisa selamat dan segera pulih sehingga bisa tumbuh besar semuanya," harap Iman.
Diketahui kembar siam omphalopagus, atau dempet perut ini, lahir prematur dari pasangan Nurul Iman Mustari dan Jumani, pada 21 desember lalu, di RSIA Amanah Probolinggo. terlahir dengan usia kandungan antara 34 hingga 36 minggu, dengan berat total 3,3 kilogram dan panjang 41 sentimeter, berjenis kelamin perempuan.
Hal itu disebabkan lantaran lahir secara prematur dalam usia kandungan antara 34 hingga 36 minggu, dan tidak memiliki saluran buang air besar (BAB), kulit lapisan yang membalut pusar sobek dan usus memburai keluar, sehingga dapat mengancam jiwanya.
Ketua tim dokter kembar siam RSUD Dr Soetomo Surabaya, dr Agus Harianto SpA(K) menjelaskan, bagian omphacele mengalami pecah akibatnya usus yang semestinya di dalam perut, justru keluar dan mudah terkena infeksi.
"Status darurat ini diberlakukan oleh tim dokter, karena operasi darurat ini memiliki resiko sangat tinggi, karena umur bayi prematur ini belum cukup bulan. Sehingga ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi, seperti kedua bayi bisa meninggal atau salah satu bayi meninggal ataupun dua-duanya bisa selamat," jelas Agus.
Sebelum pecah, tambahnya, bayi kembar yang kemarin sudah diberi nama, Desta Aminatus Zahro dan Desty Aminatus Zahro itu, sudah mendapatkan perawatan yang maksimal dengan dua skenario yang akan dijalankan. Di antaranya, dengan rectal tube atau dengan memasukkan semacam slang ke kelamin bayi yang bertujuan untuk mengeluarkan kotoran dari perut.
"Cara tersebut sudah dilakukan setiap hari. Dengan begitu, bayi tetap bisa mengeluarkan kotoran dari perutnya secara rutin. Tapi, apa daya Sejak Sabtu malam (24/12) perut bayi membesar," jelasnya.
Apalagi dalam sehari, lanjutnya, bayi tidak BAB dengan normal karena tidak memiliki anus, sehingga mengakibatkan kulit yang menyatukan bayi itu pecah. Jadi mau tidak mau harus naik ke meja operasi untuk menyelamatkan jiwanya.
Salah seorang anggota tim dokter, Mahrus A. Rahman SpA(K) mengatakan bahwa dari pemeriksaan ekokardiografi, dia menemukan adanya persisten duktus arteriosus (PDA) pada bayi.
"PDA merupakan kondisi jantung yang belum menutup sempurna. Namun, kondisi tersebut bisa pulih. Tentu dokter harus memberikan bantuan obat-obatan.
Selain itu, bayi tersebut diketahui mengalami hipertensi pulmonari. Hal itu terdeteksi sejak awal diagnosis. Penyebabnya sirkulasi darah yang tidak lancar.
"Untuk bayi prematur, sirkulasi darahnya biasanya mengikuti saat dalam kandungan," imbuh konsultan jantung anak itu.
Pada operasi yang diperkirakan berjalan selama 4-6 jam ini ditangani oleh dr Urip Murtedjo SpB-KL, Prof dr Soekry Erfan SpF(K), dr Boedi Laraswati SpRad(K), dr Risa Etika SpA(K), dokter Agus, dan dokter Mahrus.
Sementara itu, orang tua bayi kembar, Iman Mustari hanya bisa pasrah setelah mendapat penjelasan dari tim dokter terkait kondisi anaknya.
"Saya pasrah kepada Allah melalui perantara para tim medis untuk melaksanakan operasi, karena menurut dokter memang langkah yang terbaik untuk menyelamatkan ke dua anak saya, semoga keduanya bisa selamat dan segera pulih sehingga bisa tumbuh besar semuanya," harap Iman.
Diketahui kembar siam omphalopagus, atau dempet perut ini, lahir prematur dari pasangan Nurul Iman Mustari dan Jumani, pada 21 desember lalu, di RSIA Amanah Probolinggo. terlahir dengan usia kandungan antara 34 hingga 36 minggu, dengan berat total 3,3 kilogram dan panjang 41 sentimeter, berjenis kelamin perempuan.
Pewarta: Indra Setiawan/Willy Irawan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: