Bima, NTB (ANTARA News) - Sejumlah pengungsi, anak-anak dan orang dewasa, korban banjir bandang di Kota Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat mengalami penyakit gatal-gatal dan cacar air.

Salah satu korban banjir bandang, Erpan, yang tinggal di lokasi pengungsian Masjid Annur Kelurahan Monggonao, Kota Bima, Erpan, di Bima, Senin, mengaku menderita gatal-gatal dan cacar air semenjak banjir bandang surut, Sabtu (24/12).

Selain dia, ujarnya, anaknya dan beberapa pengungsi lainya juga terserang gatal dan cacar air.

"Makanya kami sangat membutuhkan bantuan obat-obatan dan petugas kesehatan," ujarnya.

Menurut Erpan, dirinya berada di lokasi pengungsian bersama istri dan dua anaknya semenjak banjir bandang meluluh-lantahkan rumah mereka di Monggonao.

"Habis sudah, rumah tidak bisa ditinggali lagi. Harta benda dan pakaian sudah dibawa hanyut, tidak ada yang tersisa," ucapnya.

Hal serupa dialami pengungsi lainnya, Aminah (50) beserta keluarganya yang juga tinggal di Monggonao. "Kalau sekarang itu obat-obatan yang diperlukan karena banyak yang gatal-gatal, terutama anak-anak," terangnya.

Ia mengatakan belum berani kembali ke rumahnya meski air sudah surut. Kalaupun kembali ke rumah, ujarnya, sudah tidak ada yang bisa diharapkan karena kondisi rumah sudah hancur dan berantakan.

"Kalau untuk makan dan minum sudah tidak ada masalah di lokasi pengungsian. Tapi untuk air bersih kita masih kesulitan," ujarnya.

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB di Kelurahan Monggonao menunjukkan sejumlah titik pengungsian bagi warga yakni Masjid An-Nur Monggonao yang menampung 700 orang, SDN 2 Monggonao 30 orang, rumah H Anas 20 orang, dan Massjid Al-Huda jumlah pengungsi 500 orang.