Semarang (ANTARA News) - Penyebab tergelincirnya pesawat Wings Air saat mendarat di Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, masih dalam penyelidikan pihak yang berwenang.
"Penyebab insiden ini masih dalam penyelidikan," kata Public Relations Manager Lion Air Group Andy M Saladin di Semarang, Minggu.
Menanggapi adanya dugaan bahwa tergelincirnya pesawat Wings Air akibat patah as roda, Andy mengaku belum dapat memastikannya.
"(Berdasarkan penyelidikan sementara) tidak ada yang luka dan tidak ada roda yang patah," ujarnya.
Salah seorang penumpang pesawat Wings Air, Nur Rohmah (18) mengungkapkan bahwa sempat terjadi guncangan keras saat pesawat mendarat.
"Setelah itu, posisi pesawat miring ke kanan dan sayap bagian kanan menghantam landasan hingga terlihat percikan api," kata warga Semarang itu.
Penumpang lainnya, Vindarin (50) mengaku mendengar suara keras seperti benda patah saat pesawat yang ditumpanginya mendarat.
"Mendengar suara seperti roda patah itu, para penumpang panik dan ketakutan hingga akhirnya bisa diselamatkan petugas," ujarnya.
Dalam keterangan tertulisnya, Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait mengatakan bahwa pesawat Wings Air ATR 72-600 dengan nomor penerbangan IW 1896 dengan registrasi PK WGW rute Bandung-Semarang mengalami "overshoot" atau keluar runway pada saat melakukan proses pendaratan di Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang.
"Pada pukul 18.24 WIB, pesawat Wings Air IW 1896 dengan rute Bandung menuju Semarang mengalami overshoot di Semarang pada saat melalukan pendaratan. Cuaca pada saat melakukan pendaratan memang hujan tapi kita akan menuggu hasil lebih lanjut dari lembaga yan berwenang," katanya.
Edward menambahkan bahwa dalam penerbangan dengan Pilot in Command Capt George Tarun Rajan itu terdapat 68 penumpang dan empat kru yang semuanya dalam keadaan selamat dan saat ini penumpang telah dievakuasi ke terminal.
Penyebab tergelincirnya Wings Air masih dalam penyelidikan
26 Desember 2016 06:00 WIB
ilustrasi. (ANTARA News / Insan Faizin Mubarak)
Pewarta: Wisnu Adhi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: