Alasan Gereja Kampung Sawah pertahankan adat Betawi
24 Desember 2016 22:17 WIB
Sejumlah laki-laki berpakaian tradisional Betawi saat beribadah Misa Malam Natal di Gereja Santo Servatius, Kampung Sawah, Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (24/12/16). (ANTARA News/Alviansyah Pasaribu)
Jakarta (ANTARA News) - Gereja Santo Servatius di Kampung Sawah, Pondok Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat, konsisten menerapkan sebagian adat Betawi dalam kegiatan peribadahan demi menjaga kebudayaan dan peradaban di Kampung Sawah.
Wakil Ketua Dewan Paroki Gereja Katolik Santo Servatius, Matheus Nalih, mengisahkan bahwa penggunaan budaya Betawi telah digunakan oleh jemaat Katolik pertama di Kampung Sawah pada tahun 1896.
"Sejak 1896, jemaat Katolik pertama sudah mengenakan pakaian Sadariah Betawi. Kami pertahankan itu karena faktor sederhana yaitu, budaya adalah refleksi peradaban. Jadi mempertahankan budaya adalah mempertahankan keberadaban," kata Matheus Nalih usai Misa Malam Natal, di Bekasi, Sabtu.
Saat itu ada sebanyak 18 orang Betawi asli Kampung Sawah dibabtis oleh Pastor Schweitz. Setelah memeluk agama Katolik, 18 orang itu menggunakan tradisi Betawi pada acara agama warga Kampung Sawah.
Nalih mengatakan karena terus-terusan menggunakan adat Betawi antara lain pakaian, makanan, musik dan ornamen gereja, membuat Gereja Katolik Santo Servatius dapat julukan "Gereja Betawi" dari masyarakat.
Marweni, salah satu anggota sekretariat dewan gereja itu mengatakan pihak gereja tidak pernah memaksa jemaatnya menggunakan pakaian adat Betawi. Justru jemaat sendiri yang berinisiatif mengenakan baju betawi saat digelar prosesi ibadah hari raya.
"Gereja tidak pernah meminta untuk mengenakan pakaian adat apa. Itu murni dari jemaat kami yang mau," katanya.
Nalih menambahkan. "Tidak selalu pakai pakaian Betawi, hanya ada momen tertentu kami sarankan pakai adat Betawi yaitu pada acara Sedekah Bumi setiap 13 Mei."
Lebih lanjut, Nalih mengatakan pihak gereja juga mempertahankan bentuk bangunan dan ornamen gereja bernuansa Betawi agar tidak hilang karena Betawi adalah akar budaya warga Kampung Sawah.
"Tidak hanya bangunan, logat Betawi kami yang khas juga jangan sampai itu hilang," tambah dia.
Matheus Nalih mengatakan hingga saat ini sebagian keturunan dari generasi pertama itu masih ada, antara lain dengan nama keluarga Kaiin, Baiin, Noron, Napiun, Pepe dan Nathanael.
Wakil Ketua Dewan Paroki Gereja Katolik Santo Servatius, Matheus Nalih, mengisahkan bahwa penggunaan budaya Betawi telah digunakan oleh jemaat Katolik pertama di Kampung Sawah pada tahun 1896.
"Sejak 1896, jemaat Katolik pertama sudah mengenakan pakaian Sadariah Betawi. Kami pertahankan itu karena faktor sederhana yaitu, budaya adalah refleksi peradaban. Jadi mempertahankan budaya adalah mempertahankan keberadaban," kata Matheus Nalih usai Misa Malam Natal, di Bekasi, Sabtu.
Saat itu ada sebanyak 18 orang Betawi asli Kampung Sawah dibabtis oleh Pastor Schweitz. Setelah memeluk agama Katolik, 18 orang itu menggunakan tradisi Betawi pada acara agama warga Kampung Sawah.
Nalih mengatakan karena terus-terusan menggunakan adat Betawi antara lain pakaian, makanan, musik dan ornamen gereja, membuat Gereja Katolik Santo Servatius dapat julukan "Gereja Betawi" dari masyarakat.
Marweni, salah satu anggota sekretariat dewan gereja itu mengatakan pihak gereja tidak pernah memaksa jemaatnya menggunakan pakaian adat Betawi. Justru jemaat sendiri yang berinisiatif mengenakan baju betawi saat digelar prosesi ibadah hari raya.
"Gereja tidak pernah meminta untuk mengenakan pakaian adat apa. Itu murni dari jemaat kami yang mau," katanya.
Nalih menambahkan. "Tidak selalu pakai pakaian Betawi, hanya ada momen tertentu kami sarankan pakai adat Betawi yaitu pada acara Sedekah Bumi setiap 13 Mei."
Lebih lanjut, Nalih mengatakan pihak gereja juga mempertahankan bentuk bangunan dan ornamen gereja bernuansa Betawi agar tidak hilang karena Betawi adalah akar budaya warga Kampung Sawah.
"Tidak hanya bangunan, logat Betawi kami yang khas juga jangan sampai itu hilang," tambah dia.
Matheus Nalih mengatakan hingga saat ini sebagian keturunan dari generasi pertama itu masih ada, antara lain dengan nama keluarga Kaiin, Baiin, Noron, Napiun, Pepe dan Nathanael.
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: