Claudio Ranieri sebut 2016 tahun terbaik dalam karirnya
24 Desember 2016 15:27 WIB
Pelatih Claudio Ranieri dan kiper Kasper Schmeichel mengangkat trofi juara Liga Uama Inggris yang merupakan pertama diraih Liecester City yang diserahkan usai laga melawan Everton Sabtu (7/5/2016) (Reuters)
Jakarta (ANTARA News) - Claudio Ranieri menyebut 2016 sebagai tahun terbaik dalam karirnya setelah klubnya Leicester menjadi juara Liga Utama Inggris musim lalu.
Musim ini Leicester terseok-seok di kasta lebih rendah, namun tak ingin mencampakkan Ranieri yang kerja kerasnya telah menutup sejarah panjang ketidakberhasilan manajemen klub.
"Sebelumnya saya tak pernah menjadi juara liga, sejauh ini alasan inilah yang membuat tahun ini tahun terbaik. Tetapi saya juga tak bisa lupa kepada masa saya mulai, seperti Jamie Vardy (yang mulai dari non liga) dan saya pelan-pelan menaiki liga dan setelah 30 tahun saya akhirnya menjadi juara liga."
"Itu artinya saya telah bekerja keras sekali, dan untuk alasan ini saya bangga sekali. Saya juga bangga pada banyak orang di klub ini dan pak ketua karena saya ingin kembali ke Inggris. Saya suka semangatnya, atmosfernya dan apa pun di sekitar sepak bola di sini," sambung Ranieri.
"Ketika saya pertama tiba saya bertemu dengan orang-orang di Leicester dan merasakan kemenarikan yang fantastis. Si bos selalu memberi kami banyak energi positif yang penting bagi manajer dan semua staf di sekeling saya. Itu tahun yang luar biasa mengagumkan," kata dia dalam laman Sky Sports.
Membahas filosofinya, dia berkata dia suka memperlakukan para pemainnya sebagai manusia sekaligus pemain sepak bola, dan tidak berusaha mengambinghitamkan mereka atas kesalahan yang terjadi.
"Saya bukan teman bagi para pemain saya tetapi saya sangat dekat dengan mereka. Adalah karakter saya manakala saya berbicara dengan pemain saya berbicara kepada manusia setiap saat karena bagi saya sepak bola mirip kehidupan, dan Anda bisa menang atau kalah. Anda punya momen buruk, tapi jika Anda kuat dan tetap bersama maka Anda akan bisa melawatinya."
Ranieri melanjutkan, "Itulah mengapa saya tak ingin membahas pemain atau menyalahkan mereka atas kesalahan yang terjadi. Saya bilang pada mereka, 'saya berbuat salah, semua orang pernah salah'. Yang penting adalah memahami di mana Anda berbuat salah, petik hikmahnya, lalu masuk lapangan dan berusaha tampil lebih bagus. Itulah filosofi saya."
Musim ini Leicester terseok-seok di kasta lebih rendah, namun tak ingin mencampakkan Ranieri yang kerja kerasnya telah menutup sejarah panjang ketidakberhasilan manajemen klub.
"Sebelumnya saya tak pernah menjadi juara liga, sejauh ini alasan inilah yang membuat tahun ini tahun terbaik. Tetapi saya juga tak bisa lupa kepada masa saya mulai, seperti Jamie Vardy (yang mulai dari non liga) dan saya pelan-pelan menaiki liga dan setelah 30 tahun saya akhirnya menjadi juara liga."
"Itu artinya saya telah bekerja keras sekali, dan untuk alasan ini saya bangga sekali. Saya juga bangga pada banyak orang di klub ini dan pak ketua karena saya ingin kembali ke Inggris. Saya suka semangatnya, atmosfernya dan apa pun di sekitar sepak bola di sini," sambung Ranieri.
"Ketika saya pertama tiba saya bertemu dengan orang-orang di Leicester dan merasakan kemenarikan yang fantastis. Si bos selalu memberi kami banyak energi positif yang penting bagi manajer dan semua staf di sekeling saya. Itu tahun yang luar biasa mengagumkan," kata dia dalam laman Sky Sports.
Membahas filosofinya, dia berkata dia suka memperlakukan para pemainnya sebagai manusia sekaligus pemain sepak bola, dan tidak berusaha mengambinghitamkan mereka atas kesalahan yang terjadi.
"Saya bukan teman bagi para pemain saya tetapi saya sangat dekat dengan mereka. Adalah karakter saya manakala saya berbicara dengan pemain saya berbicara kepada manusia setiap saat karena bagi saya sepak bola mirip kehidupan, dan Anda bisa menang atau kalah. Anda punya momen buruk, tapi jika Anda kuat dan tetap bersama maka Anda akan bisa melawatinya."
Ranieri melanjutkan, "Itulah mengapa saya tak ingin membahas pemain atau menyalahkan mereka atas kesalahan yang terjadi. Saya bilang pada mereka, 'saya berbuat salah, semua orang pernah salah'. Yang penting adalah memahami di mana Anda berbuat salah, petik hikmahnya, lalu masuk lapangan dan berusaha tampil lebih bagus. Itulah filosofi saya."
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016
Tags: