Gunung Kidul (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan tim luar birokrasi berupaya mengentaskan kemiskinan masyarakatnya dengan membangun sarana wisata dilengkapi seluncur tali kelambit (flying fox) sepanjang 625 meter di wisata Green Village Desa Mertelu, Kecamatan Gedangsari.

"Targetnya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat," kata Wakil Bupati Gunung Kidul Immawan Wahyudi di Gunung Kidul, Sabtu.

Ia mengungkapkan bahwa wilayah Gedangsari akan dikembangkan sebagai tujuan wisata di kawasan utara Kabupaten Gunung Kidul, sehingga wisatawan memiliki alternatif kunjungan selain pantai dan gua.

Kecamatan Gedangsari, dikemukakannya, sebagai salah satu proyek percontohan penanggulangan kemiskinan DIY karena warganya paling banyak yang tergolong kurang mampu.

Sebelumnya, ia menyatakan, di Kecamatan Gedangsari oleh Pemerintah Pusat pernah mendapatkan prioritas program Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Indonesia (MP3I) mengembangkan kawasan Desa Mertelu dan Tegalrejo.

Pemda DIY lalu melanjutkan pengembangan dengan program yang dikembangkan dari sektor pariwisata, pertanian, perdagangan dan pendidikan.

"Gedangsari sebagai proyek percontohan untuk penanggulangan kemiskinan di Yogyakarta," katanya.

Sementara itu, salah seorang anggota sinergi tiga pihak di antara akademisi, pebisnis dan pemerintah (triple helix) Cahyo Alkantana menyampaikan bahwa saat ini kawasan Green Village Desa Mertelu akan ditambah wahana kelambit (flying fox) sepanjang 625 meter, sehingga menjadi yang terpanjang di Indonesia.

"Flying fox yang akan selesai pembangunannya kami targetkan pada 10 Januari mendatang. Ini merupakan yang terpanjang se-Indonesia," katanya.

Menurut dia, dengan membuat sarana permainan kelambit di atas perbukitan akan membuat wisatawan disuguhi pemandangan menarik.

Untuk keamanannya, ia mengemukakan, pihak pengelola akan mengacu ke standar internasional mulai tali temali yang digunakan berasal dari Inggris, dan perangkat keselamatan lainnya berasal dari Italia.

"Standar keamanannya kami mengaplikasi standar internasional," katanya.

Seluruh program itu, menurut dia, akan dikelola masyarakat untuk meningkatkan perekonomian penduduk yang selama ini dikenal sebagai salah satu kecamatan kantong kemiskinan di Yogyakarta.

Wahana wisata ekstrim tersebut, dinilainya, dapat menjadi sarana meningkatkan perekonomian dengan berbagai dampak positifnya secara ekonomis.

"Pengelolanya masyarakat langsung yang sebelumnya mendapatkan pelatihan," katanya menambahkan.