Indonesia pertimbangkan keluar dari 20 organisasi internasional
23 Desember 2016 20:42 WIB
Presiden Evaluasi Kunker India-Iran. Presiden Joko Widodo (kiri) berdiskusi dengan Wapres Jusuf Kalla sebelum memimpin Rapat Terbatas membahas evaluasi kunjungan kerja Iran-India serta keanggotaan RI di organisasi luar negeri di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis (22/12/2016). Presiden meminta para menteri melakukan evaluasi keikutsertaan Indonesia dalam organisasi-organisasi internasional agar tidak menjadi formalitas saja, serta meningkatkan kerjasama Iran dan India di bidang efisiensi energi dan transportasi. (ANTARA/Yudhi Mahatma)
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia mempertimbangkan untuk keluar dari keanggotaannya di sekitar 20 organisasi internasional yang dianggap kurang relevan dengan situasi dan kepentingan nasional.
"Soal organisasi internasional yang saat ini sedang dipertimbangkan ada beberapa. Bisa puluhan, tapi tidak besar," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla di kantornya di kompleks Istana Merdeka, Jakarta, Jumat.
Ia menilai banyak organisasi yang mungkin kurang penting bagi Indonesia atau bahkan aneh, seperti Organisasi Hansip Internasional.
"Ada juga organisasi ilmiah apa....Macam-macamlah yang aneh yang mungkin (Indonesia) ditawari, langsung masuk. Ada organisasi turis Asia, tapi ada juga organsiasi turis se-Asia. Beda-beda nama saja. Jadi, pilih salah satu saja. Banyaklah yang agak tidak terlalu penting," ujarnya.
Kalla juga mengingatkan kelompok masyarakat agar tidak sering menghadiri pertemuan tahunan atau kongres. Padahal hasil kongres juga tidak penting bagi masyarakat.
Menurut dia, keputusan keluar dari organisasi internasional itu tidak akan memengaruhi posisi Indonesia yang akan menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah memerintahkan kepada Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi serta beberapa kementerian terkait untuk melakukan evaluasi tersebut.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung menjelaskan bahwa Indonesia saat ini menjadi anggota di 233 organisasi internasional.
Dari jumlah itu, 112 keanggotaan di organisasi internasional bersifat strategis dan permanen sehingga akan tetap dilanjutkan.
Kemudian 46 keanggotaan dari 233 organisasi internasional bersifat teknis yang juga akan diteruskan Indonesia.
"Soal organisasi internasional yang saat ini sedang dipertimbangkan ada beberapa. Bisa puluhan, tapi tidak besar," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla di kantornya di kompleks Istana Merdeka, Jakarta, Jumat.
Ia menilai banyak organisasi yang mungkin kurang penting bagi Indonesia atau bahkan aneh, seperti Organisasi Hansip Internasional.
"Ada juga organisasi ilmiah apa....Macam-macamlah yang aneh yang mungkin (Indonesia) ditawari, langsung masuk. Ada organisasi turis Asia, tapi ada juga organsiasi turis se-Asia. Beda-beda nama saja. Jadi, pilih salah satu saja. Banyaklah yang agak tidak terlalu penting," ujarnya.
Kalla juga mengingatkan kelompok masyarakat agar tidak sering menghadiri pertemuan tahunan atau kongres. Padahal hasil kongres juga tidak penting bagi masyarakat.
Menurut dia, keputusan keluar dari organisasi internasional itu tidak akan memengaruhi posisi Indonesia yang akan menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah memerintahkan kepada Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi serta beberapa kementerian terkait untuk melakukan evaluasi tersebut.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung menjelaskan bahwa Indonesia saat ini menjadi anggota di 233 organisasi internasional.
Dari jumlah itu, 112 keanggotaan di organisasi internasional bersifat strategis dan permanen sehingga akan tetap dilanjutkan.
Kemudian 46 keanggotaan dari 233 organisasi internasional bersifat teknis yang juga akan diteruskan Indonesia.
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: