Rupiah Kamis pagi menguat tipis
22 Desember 2016 10:39 WIB
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Kamis (22/12/2016) pagi bergerak menguat tipis sebesar dua poin menjadi Rp13.418, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.420 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/nz/16).
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak menguat tipis sebesar dua poin menjadi Rp13.418, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.420 per dolar AS.
"Lembaga pemeringkat Fitch yang menaikkan outlook Indonesia dari stabil menjadi positif memberikan alasan untuk rupiah kembali bergerak menguat meski terbatas," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis.
Ia menambahkan bahwa imbal hasil global yang mulai turun juga menjadi momentum penurunan imbal hasil surat utang negara (SUN) yang biasanya juga dibarengi oleh penguatan rupiah terhadap dolar AS.
Namun, menurut dia, salah satu sentimen yang dapat menahan laju rupiah yakni risiko fiskal Indonesia, hingga 20 Desember 2016 dilaporkan realisasi penerimaan pajak baru mencapai 76,17 persen dari target sehingga defisit berpeluang melebar dari target pemerintah yang 2,7 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
Di sisi lain, lanjut dia, permintaan dolar AS yang naik menjelang akhir tahun 2016 ini dapat memberatkan laju rupiah untuk mengalami apresiasi lebih tinggi terhadap dolar AS.
Sementara itu, Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan bahwa aksi ambil untung pada laju dolar AS oleh sebagian investor memberikan kesempatan pada mata uang rupiah berbalik menguat.
"Adanya aksi ambil untung itu akan menjaga rupiah bergerak di area positif meski di kisaran sempit," katanya.
"Lembaga pemeringkat Fitch yang menaikkan outlook Indonesia dari stabil menjadi positif memberikan alasan untuk rupiah kembali bergerak menguat meski terbatas," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis.
Ia menambahkan bahwa imbal hasil global yang mulai turun juga menjadi momentum penurunan imbal hasil surat utang negara (SUN) yang biasanya juga dibarengi oleh penguatan rupiah terhadap dolar AS.
Namun, menurut dia, salah satu sentimen yang dapat menahan laju rupiah yakni risiko fiskal Indonesia, hingga 20 Desember 2016 dilaporkan realisasi penerimaan pajak baru mencapai 76,17 persen dari target sehingga defisit berpeluang melebar dari target pemerintah yang 2,7 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
Di sisi lain, lanjut dia, permintaan dolar AS yang naik menjelang akhir tahun 2016 ini dapat memberatkan laju rupiah untuk mengalami apresiasi lebih tinggi terhadap dolar AS.
Sementara itu, Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan bahwa aksi ambil untung pada laju dolar AS oleh sebagian investor memberikan kesempatan pada mata uang rupiah berbalik menguat.
"Adanya aksi ambil untung itu akan menjaga rupiah bergerak di area positif meski di kisaran sempit," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: