Jakarta (ANTARA News) - Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai aktivitas pendanaan perusahaan melalui pasar modal di sepanjang tahun 2016 ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.

"Walaupun jumlah perusahaan yang melakukan penawaran umum saham pada tahun 2016 tidak besar, tetapi aktivitas penghimpunan dana di pasar modal meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya," ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat di Jakarta, Rabu.

Ia memaparkan penghimpunan dana di pasar modal melalui penawaran umum perdana saham (IPO), penawaran umum terbatas (rights issue), dan penerbitan waran pada 2015 lalu secara total tercatat sebesar Rp57,7 triliun, sementara pada tahun ini senilai Rp72,4 triliun.

"Aktivitas pendanaan melalui pasar modal khususnya efek bersifat ekuitas sangat sensitif terhadap harga saham, semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi valuasi dan pendanaan yang didapat perusahaan dengan dilusi yang rendah," katanya.

Sedangkan pendanaan melalui penerbitan surat utang atau obligasi maupun sukuk, Samsul Hidayat juga memaparkan pada tahun 2016 ini mencapai sekitar Rp112 triliun, sementara pada tahun sebelumnya Rp62,8 triliun.

"Yield curve government bond tenor 10 tahun terus menurun sejak tahun 2013, dengan posisi per 19 Des 2016 adalah 6,5 persen dari 8,96 persen per posisi 2013. Karena itu, bagi korporasi tahun ini dinilai merupakan saat yang tepat untuk melakukan pendanaan dengan menerbitkan obligasi maupun sukuk," katanya.

Dengan indikator yang masih positif baik dari sisi pertumbuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) maupun surat utang dengan "yield curve" yang rendah, menurut Samsul Hidayat, maka potensi aksi korporasi melalui pasar modal pada 2017 mendatang masih baik. Apalagi, hal itu juga didukung dari sisi permintaan investor, terutama institusi.

Ia mengemukakan kebutuhan investor institusi seperti dana pensiun pada tahun depan diperkirakan mencapai Rp54 triliun, asuransi Rp85 triliun. Di sisi lain, permintaan untuk produk reksa dana mencapai Rp18 triliun, dan dari hasil amnesti pajak sebesar Rp55 triliun.

"Dorongan yang positif dari amnesti pajak meningkatkan key indicator antara lain IHSG dan permintaan akan saham yang membuat valuasi lebih meningkat, dan meningkatkan minat aksi korporasi," kata Samsul Hidayat.