Purwokerto (ANTARA News) - Jemaat Gereja Kristen Jawa (GKJ) Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, membuat pohon natal dari susunan sapu lidi untuk merayakan Hari Natal 2016 dan Tahun Baru 2017.

"Pohon natal dari susunan sapu lidi ini dibuat sejak satu minggu lalu dengan menggunakan sekitar 600 sapu lidi. Dalam pembuatannya, kami dibantu empat orang yang sesungguhnya mereka bukan seorang Nasrani," kata Pendeta Daniel Agus Haryanto di halaman GKJ Purwokerto, Rabu.

Menurut dia, ide pembuatan pohon natal dari sapu lidi yang disusun pada pohon pucuk merah di halaman GKJ Purwokerto itu berawal dari keprihatinannya atas aksi unjuk rasa 4 November 2016.

Dia membayangkan betapa indahnya Indonesia jika semua elemen masyarakat bersatu tanpa membedakan keyakinannya masing-masing.

Oleh karena itu, kata dia, ide tersebut selanjutnya disampaikan kepada jemaat hingga akhirnya mendapat dukungan dari mereka dengan menyumbangkan sapu lidi.

"Sapu lidi memiliki filosofi sebagai pembersih. Selain itu, satu batang lidi akan mudah patah jika dibengkokkan namun kalau sudah diikat menjadi sapu tidak akan mudah dipatahkan, menjadi sebuah satu kesatuan," katanya.

Dengan demikian, kata dia, sapu lidi juga dapat melambangkan persatuan dan kesatuan demi terpeliharanya kebhinnekaan di Indonesia.

Lebih lanjut, Pendeta Daniel mengatakan sapu lidi yang disusun sebagai pohon natal itu secara simbolis nantinya akan dibagikan kepada perwakilan dari tujuh keimanan yang ada di Kabupaten Banyumas, yakni agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, dan penghayat kepercayaan.

"Tujuh iman itu akan kami undang untuk bersama-sama membersihkan Kabupaten Banyumas dari kecurigaan, kebencian, dan sebagainya. Di samping untuk membersihkan, juga untuk menyatukan, karena sapu lidi dikasih suh atau ikatan," katanya.

Ia mengatakan bagi Narani, "suh" merupakan ikatan cinta kasih sedangkan di Indonesia berupa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika.

Dalam hal ini, dia ingin mengajak ketujuh iman itu untuk bersama-sama membangun persatuan dan kesatuan demi keutuhan NKRI serta Bhinneka Tunggal Ika.

"Jika seluruh agama yang ada di negara kita diikat dengan NKRI, maka kita akan kuat," tegasnya.

Salah seorang warga yang turut membantu pembuatan pohon natal dari sapu lidi, Mulyanto mengaku tidak ada perasaan apapun meskipun dia beragama Islam.

"Tidak ada perasaan apa-apa, hanya untuk pekerjaan saja," katanya.