Rupiah Selasa pagi melemah 36 poin
20 Desember 2016 10:49 WIB
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak melemah sebesar 36 poin menjadi Rp13.396, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.360 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/nz/16).
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak melemah sebesar 36 poin menjadi Rp13.396, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.360 per dolar AS.
"Minimnya sentimen domestik membuat faktor global menjadi dominan dalam penentu arah rupiah yang dalam jangka pendek diperkirakan masih akan mengalami pelemahan," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Selasa.
Ia menambahkan bahwa kekhawatiran pasar terhadap pencapaian defisit akhir 2016 yang bisa melebihi ekspektasi, kembali menjadi perhatian dan turut memberikan sentimen negatif bagi mata uang domestik.
Ia menambahkan bahwa permintaan dolar AS juga masih cukup kuat pasca kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 0,5-0,75 persen pada pekan lalu.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa apresiasi dolar AS salah satunya juga didorong pernyataan positif dari bank sentral Amerika Serikat (The Fed) tentang pasar tenaga kerja yang kuat dalam hampir satu dekade.
Ia juga mengatakan bahwa pernyataan The Fed mengenai adanya peluang untuk kembali menaikan suku bunga pada 2017 mendatang sebanyak tiga kali juga turut menopang dolar AS.
Kendati demikian, menurut dia, pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih relatif terbatas menyusul respon pelaku pasar terhadap optimisme dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang akan fokus terhadap upaya pencapaian penerimaan perpajakan hingga akhir tahun agar tidak terlalu meleset dari target yang ditetapkan dalam APBN-Perubahan 2016.
"Sentimen dari dalam negeri itu akan menjaga perekonomian domestik dan mata uang," katanya.
"Minimnya sentimen domestik membuat faktor global menjadi dominan dalam penentu arah rupiah yang dalam jangka pendek diperkirakan masih akan mengalami pelemahan," kata ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Selasa.
Ia menambahkan bahwa kekhawatiran pasar terhadap pencapaian defisit akhir 2016 yang bisa melebihi ekspektasi, kembali menjadi perhatian dan turut memberikan sentimen negatif bagi mata uang domestik.
Ia menambahkan bahwa permintaan dolar AS juga masih cukup kuat pasca kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 0,5-0,75 persen pada pekan lalu.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa apresiasi dolar AS salah satunya juga didorong pernyataan positif dari bank sentral Amerika Serikat (The Fed) tentang pasar tenaga kerja yang kuat dalam hampir satu dekade.
Ia juga mengatakan bahwa pernyataan The Fed mengenai adanya peluang untuk kembali menaikan suku bunga pada 2017 mendatang sebanyak tiga kali juga turut menopang dolar AS.
Kendati demikian, menurut dia, pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih relatif terbatas menyusul respon pelaku pasar terhadap optimisme dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang akan fokus terhadap upaya pencapaian penerimaan perpajakan hingga akhir tahun agar tidak terlalu meleset dari target yang ditetapkan dalam APBN-Perubahan 2016.
"Sentimen dari dalam negeri itu akan menjaga perekonomian domestik dan mata uang," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: