Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah antarbank di Jakarta pada Senin pagi menguat sebesar 15 poin menjadi Rp13.373, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.388 per dolar AS.

"Laju mata uang rupiah menguat meski terbatas. Rupiah mencoba menguat dengan memfaktorkan sentimen positif dari rilis data makro di mana neraca perdagangan bulan November 2016 tercatat surplus," kata Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Senin.

Badan Pusat Statistik (BPS) melansir, neraca perdagangan Indonesia pada November 2016 mengantongi surplus sebesar 837,8 juta dolar AS, dengan nilai ekspor mencapai 13,49 miliar dolar AS sementara impor sebesar 12,65 miliar dolar AS.

Ia menambahkan bahwa Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Repo Rate di level 4,75 persen yang dianggap masih cukup kondusif turut menjaga fluktuasi rupiah.

"Diharapkan laju rupiah masih dapat bertahan di area positif seiring meredanya kekhawatiran dari sentimen dari The Fed," katanya.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa dolar AS mulai mereda penguatannya setelah sempat menguat tajam pasca rilis inflasi di Amerika Serikat dan suku bunga acuan Fed yang naik.

Di sisi lain, lanjut dia, minyak mentah dunia yang masih mempertahankan tren kenaikannya di tengah eskpektasi menipisnya surplus pasokan terhadap permintaan turut menahan laju dolar AS terhadap kurs komoditas, termasuk rupiah.

Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI pada Senin (19/12) pagi ini menguat 0,83 persen menjadi 52,33 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent menguat 0,63 persen ke posisi 55,56 dolar AS per barel.