"Perkiraan awal, kecelakaan ini terjadi karena cuaca. Namun, alasan ini jangan menjadi patokan karena dalam kecelakaan pesawat terbang ada lima faktor yang harus diinvestigasi, manusia, material, media, misi, dan manajemen," kata dia, di Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu.
Ia menilai faktor cuaca berpeluang untuk dipertimbangkan sebagai penyebab kecelakaan karena berdasarkan laporan yang didapatkannya, C-130 HS Hercules nomor registrasi A-1334 ini dalam kondisi yang layak terbang.
"Pesawat ini layak terbang. Waktu terbangnya masih ada 69 jam sebelum masuk prosedur pemeliharaan," tuturnya. Begitu pula pada kondisi manusianya, para personel pengawaknya telah dinyatakan layak terbang.
Selain itu, C-130 Hercules merupakan pesawat angkut berat yang tidak hanya kuat untuk mengangkut personel, namun diizinkan pula membawa barang lain.
"Kalau memang di dalam pesawat ada semen dan logistik seperti informasi yang beredar, itu resmi, bahwa pemerintah Papua minta bahan bangunan dan bahan baku diangkut dengan pesawat TNI AU. Itu resmi dalam rangka membantu pembangunan di daerah," katanya.
Terkait dengan spekulasi penyebab kecelakaan pesawat ini, Hadiyan meminta masyarakat untuk sabar dan menunggu hasil investigasi tim TNI AU yang telah dikirim ke lokasi kejadian.
"Kita sudah mengirimkan tim investigasi. Yang sekarang berada di lokasi adalah Panglima Komando Operasi Udara II TNI AU, Marsekal Muda TNI Umar Sugeng. Jadi tolong bersabar, sekarang tim investigasi sedang mulai bekerja," ujar Atmadja.
Pesawat C-130HS Hercules nomor registrasi A-1334 itu lepas landas dari Bandara Mozes Kilangin di Timika, Kabupaten Mimika, menuju Wamena, Kabupaten Jayawijaya, pada pukul 05.34 WIT Minggu. Dia diketahui hilang kontak pada pukul 06.09 WIT dan seharusnya sudah mendarat di Wamena pada pukul 06.13 WIT.