Planet kerdil Ceres dialiri es
17 Desember 2016 19:05 WIB
Ilustrasi artistik membandingkan Bumi (kiri) dengan planet di belakang sistem tata surya yang menyerupai Bumi, disebut Kepler-452b dalam gambar NASA yang disiarkan Kamis (23/7). Planet yang lebih besar 60 persen dari Bumi ini berada 1.400 tahun cahaya di konstelasi Cygnus, menurut keterangan ilmuwan melalui konferensi pers kemarin. (REUTERS/NASA/Ames/JPL-Caltech/T Pyle/Handout)
San Francisco (ANTARA News) - Planet kerdil Ceres, tempat berbatu yang berada di sabuk asteroid utama antara Mars dan Jupiter, mengandung banyak es di permukannya yang gelap, berdasarkan riset yang dilakukan NASA.
Studi yang dimuat dalam beberapa laporan di jurnal Science and Nature Astronomy ini dapat menimbulkan penambangan komersial di asteroid untuk keperluan robot maupun ekspedisi manusia ke bulan.
Pesawat luar angkasa NASA, Dawn, mengelilingi Ceres sejak Maret 2015, dalam misi 14 bulan mempelajari Vesta, objek terbesar kedua di sabuk itu.
Berdasarkan studi itu, Ceres mengandung 10 persen air, sekarang membeku menjadi es, menurut ahli fisika Thomas Prettyman dari Planetary Science Institute, di Tucson, Arizona, salah satu peneliti.
Mempelajari sistem tata surya pada objek seperti Ceres memberi gambaran bagaimana sistem tersebut terbentuk.
Dibandingkan dengan Vesta yang kering, Ceres lebih mirip Enceladus dan Europa, bulan beku dari Saturnus dan Jupiter. Begitu juga bila dibandingkan dengan Bumi, Mercurius, Venus dan Mars, kata Prettyman.
Ilmuwan masih berdebat apakah Ceres memiliki laut berair asin, yang menimbulkan persepsi planet kerdil tersebut akan tumbuh di luar sistem tata surya yang mungkin dapat menampung kehidupan, kata deputi pimpinan Dawn, Carol Raymond dari Jet Propulsion Laboratory di Pasadena, California.
"Dengan menemukan tempat yang kaya air di masa lampau, kita dapat menemukan petunjuk kemungkinan kehidupan di masa awal sistem tata surya," kata Raymond melalui keterangan tertulis.
Informasi yang dihimpun Dawn menunjukkan, Ceres menggunakan air untuk membentuk mineral. Ilmuwan menggabungkan data mineral dengan model komputer untuk mempelajari interior.
Studi yang dimuat dalam beberapa laporan di jurnal Science and Nature Astronomy ini dapat menimbulkan penambangan komersial di asteroid untuk keperluan robot maupun ekspedisi manusia ke bulan.
Pesawat luar angkasa NASA, Dawn, mengelilingi Ceres sejak Maret 2015, dalam misi 14 bulan mempelajari Vesta, objek terbesar kedua di sabuk itu.
Berdasarkan studi itu, Ceres mengandung 10 persen air, sekarang membeku menjadi es, menurut ahli fisika Thomas Prettyman dari Planetary Science Institute, di Tucson, Arizona, salah satu peneliti.
Mempelajari sistem tata surya pada objek seperti Ceres memberi gambaran bagaimana sistem tersebut terbentuk.
Dibandingkan dengan Vesta yang kering, Ceres lebih mirip Enceladus dan Europa, bulan beku dari Saturnus dan Jupiter. Begitu juga bila dibandingkan dengan Bumi, Mercurius, Venus dan Mars, kata Prettyman.
Ilmuwan masih berdebat apakah Ceres memiliki laut berair asin, yang menimbulkan persepsi planet kerdil tersebut akan tumbuh di luar sistem tata surya yang mungkin dapat menampung kehidupan, kata deputi pimpinan Dawn, Carol Raymond dari Jet Propulsion Laboratory di Pasadena, California.
"Dengan menemukan tempat yang kaya air di masa lampau, kita dapat menemukan petunjuk kemungkinan kehidupan di masa awal sistem tata surya," kata Raymond melalui keterangan tertulis.
Informasi yang dihimpun Dawn menunjukkan, Ceres menggunakan air untuk membentuk mineral. Ilmuwan menggabungkan data mineral dengan model komputer untuk mempelajari interior.
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016
Tags: