Jakarta (ANTARA News) - Bursa Efek Inonesia (BEI) menilai kenaikan suku bunga acuan di Amerika Serkat sebesar 25 basis poin menjadi ke kisaran level 0,50-0,75 persen tidak akan terlalu mempengaruhi kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Direktur Utama PT BEI, Tito Sulistio, di Jakarta, Kamis, mengatakan, IHSG yang merupakan salah satu pedoman bagi investor dalam berinvestasi di pasar modal akan bergerak stabil meski dibayangi sentimen dari Amerika Serikat.

"Soal suku bunga Fed, saya percaya pasar modal kita sudah restore in dan tidak terganggu sentimen itu," ujarnya.

Menurut dia, selama fundamental ekonomi Indonesia positif serta didukung pertumbuhan kinerja perusahaan tercatat atau emiten di BEI maka industri pasar modal tidak terganggu.

Saat ini, ia mengemukakan bahwa kinerja IHSG BEI masih menjadi salah satu yang terbaik di dunia dengan pertumbuhan sebesar 14,40 persen secara year to date. Berdasarkan data PT BEI, pertumbuhan IHSG BEI berada di peringkat kedua dunia setelah bursa saham Thailand.

Selain The Fed, ia juga mengatakan bahwa kebijakan yang akan ditempuh oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump nanti pada 2017 mendatang seperti penurunan pajak, mengurangi imigrasi juga diproyeksikan dapat mendorong ekonomi Amerika Serikat yang secara tidak langsung dampat memberi imbas positif bagi Indonesia.

"Saya tidak melihat jeleknya kebijakan negara itu, kalau AS bagus kita juga akan terkena dampak bagusnya. Saat ini, yang menjadi ketakutan hanya kurs dolar AS naik dan rupiah turun, itu dapat diantisipasi," katanya.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan, Nurhaida, menambahkan, program amnesti pajak yang sedang berjalan ini juga akan turut menjaga stabilitas industri pasar modal Indonesia.

"Akan ada dana dari program amnesti pajak yang masuk, dalam perkiraan saya dana itu mulai masuk ke pasar modal di awal tahun 2017. Sentimen dari dalam negeri itu akan berpengaruh positif pada market ktia," ujarnya.