China dukung peningkatan hubungan baik Jepang-Rusia
15 Desember 2016 15:37 WIB
Dokumentasi Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam busana tradisional Peru, mengambil posisi untuk berfoto bersama di KTT APEC di Lima, Peru, Minggu (20/11/2016). Putin menginginkan peningkatan hubungan baik dengan Jepang. Pada masa lalu, Jepang pernah mematahkan hegemoni Rusia di laut, dalam Perang Tsushima pada 1905 yang dimenangi Jepang. (REUTERS/Kevin Lamarque)
Beijing (ANTARA News) - China mendukung keinginan Rusia untuk meningkatkan hubungan baik dengan Jepang, guna bersama-sama menciptakan stabilitasi keamanan dan perdamaian secara global.
"Rusia dan Jepang, dua negara yang bertetangga, sudah sewajarnya mereka meningkatkan hubungan baik," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, dalam jumpa pers rutin Kementerian Luar Negeri China, di Beijing, Kamis.
Ia menuturkan, Rusia dan Jepang adalah dua negara penting di kawasan Asia Pasifik, sehingga China sangat menyambut positif peningkatan hubungan baik antara kedua negara. Pada sisi lain, China makin agresif menyatakan kehadirannya di Laut China Selatan yang menjadi jalur perdagangan vital dunia.
"Tentu hubungan baik itu dilandasi kesetaraan dan saling menghormati, sehingga hubungan baik yang terjalin semakin kokoh untuk mendukung terwujudnya stabilitas keamanan dan perdamaian kawasan dan global," kata Geng.
Secara terpisah sebelumnya, seorang pejabat Kremlin, Yuri Ushakov, Selasa (13/12), mengatakan, Rusia ingin meningkatkan hubungan bilateral dengan Jepang di semua bidang dan harapan untuk mencapai perjanjian damai dengan tetangga timurnya itu.
Ushakov melontarkan pernyataan itu sebelum Presiden Rusia, Vladimir Putin, melakukan kunjungan ke Jepang pada akhir pekan ini.
Meski mengaku negaranya ingin mencapai perjanjian damai, namun Ushakov menyatakan, untuk menyetujui perjanjian damai dibutuhkan kerja yang teliti.
"Presiden telah mengatakan, bahwa negara kami tidak hanya siap, tapi juga tertarik untuk menyelesaikan masalah yang sudah lama berlangsung ini. Tapi, kami percaya ini adalah proses yang cukup panjang, yang membutuhkan kinerja teliti untuk meningkatkan kepercayaan," lanjut Ushakov, seperti dikutip dari Reuters.
Hingga kini, Rusia dan Jepang masih terlibat sengketa teritorial atas kepulauan di Pasifik Barat. Pulau itu disita oleh Pasukan Soviet pada akhir Perang Dunia II.
Sengketa itu telah mengganggu hubungan diplomatik dan menghalangi perjanjian perdamaian resmi antara kedua negara.
Dalam kesempatan tersebut Ushakov juga menyatakan, penangkapan mantan Menteri Ekonomi Rusia, Alexei Ulyukayev tidak akan mempengaruhi dialog antara Moskow dan Tokyo. Selama ini, Ulyukayev terlibat dalam hubungan bilateral Rusia-Jepang.
"Rusia dan Jepang, dua negara yang bertetangga, sudah sewajarnya mereka meningkatkan hubungan baik," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, dalam jumpa pers rutin Kementerian Luar Negeri China, di Beijing, Kamis.
Ia menuturkan, Rusia dan Jepang adalah dua negara penting di kawasan Asia Pasifik, sehingga China sangat menyambut positif peningkatan hubungan baik antara kedua negara. Pada sisi lain, China makin agresif menyatakan kehadirannya di Laut China Selatan yang menjadi jalur perdagangan vital dunia.
"Tentu hubungan baik itu dilandasi kesetaraan dan saling menghormati, sehingga hubungan baik yang terjalin semakin kokoh untuk mendukung terwujudnya stabilitas keamanan dan perdamaian kawasan dan global," kata Geng.
Secara terpisah sebelumnya, seorang pejabat Kremlin, Yuri Ushakov, Selasa (13/12), mengatakan, Rusia ingin meningkatkan hubungan bilateral dengan Jepang di semua bidang dan harapan untuk mencapai perjanjian damai dengan tetangga timurnya itu.
Ushakov melontarkan pernyataan itu sebelum Presiden Rusia, Vladimir Putin, melakukan kunjungan ke Jepang pada akhir pekan ini.
Meski mengaku negaranya ingin mencapai perjanjian damai, namun Ushakov menyatakan, untuk menyetujui perjanjian damai dibutuhkan kerja yang teliti.
"Presiden telah mengatakan, bahwa negara kami tidak hanya siap, tapi juga tertarik untuk menyelesaikan masalah yang sudah lama berlangsung ini. Tapi, kami percaya ini adalah proses yang cukup panjang, yang membutuhkan kinerja teliti untuk meningkatkan kepercayaan," lanjut Ushakov, seperti dikutip dari Reuters.
Hingga kini, Rusia dan Jepang masih terlibat sengketa teritorial atas kepulauan di Pasifik Barat. Pulau itu disita oleh Pasukan Soviet pada akhir Perang Dunia II.
Sengketa itu telah mengganggu hubungan diplomatik dan menghalangi perjanjian perdamaian resmi antara kedua negara.
Dalam kesempatan tersebut Ushakov juga menyatakan, penangkapan mantan Menteri Ekonomi Rusia, Alexei Ulyukayev tidak akan mempengaruhi dialog antara Moskow dan Tokyo. Selama ini, Ulyukayev terlibat dalam hubungan bilateral Rusia-Jepang.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016
Tags: