Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Rabu pagi menguat 64 poin menjadi Rp13.257 per dolar AS.

Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan rupiah bisa kembali menguat di tengah penantian pertemuan The Federal Reserve.

Membaiknya data ekonomi di sejumlah negara maju menekan mata uang Amerika Serikat sehingga berdampak positif pada rupiah.

"Meredanya sentimen politik di Italia, serta kenaikan data-data makro Inggris, hingga membaiknya data-data Tiongkok berimbas positif pada mata uang di negara berkembang termasuk rupiah," katanya.

Ia mengatakan penguatan rupiah juga ditopang oleh data positif dari Tiongkok, tujuan utama ekspor Indonesia. Produksi industri Tiongkok pada November naik 6,2 persen dibanding tahun lalu, sementara penjualan ritel tumbuh 10,8 persen.

"Kami harapkan laju rupiah masih terus terapresiasi memanfaatkan sentimen eksternal itu, namun pelaku pasar juga diharapkan tetap waspada menjelang pertemuan The Fed," katanya.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan pelaku pasar global masih menunggu kesimpulan The Fed mengenai suku bunga acuannya, walaupun sudah diproyeksikan naik namun kepastian mengenai pandangannya di 2017 masih ditunggu.

"Jika The Fed ragu untuk memulai pengetatan moneter yang agresif bisa kembali menekan laju dolar AS ke depan," katanya.