Nelayan diimbau waspadai hujan lebat di wilayah perbatasan
11 Desember 2016 18:29 WIB
ilustrasi: Warga menggunakan payung saat hujan lebat di pesisir pantai Firdaus, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Kamis (27/10/2016). (ANTARA FOTO/Adwit B Pramono)
Ambon (ANTARA News) - Para nelayan tradisional diimbau mewaspadai hujan lebat disertai petir di wilayah perbatasan Maluku dengan sejumlah negara tetangga pada beberapa hari ke depan.
Kepala BMKG Stasiun Pattimura Ambon, George Mahubessy, dikonfirmasi, Minggu, mengatakan, kondisi cuaca ini dipengaruhi adanya awan gelap (Cumulonimbus) di lokasi tersebut dapat menimbulkan angin kencang dan menambah tinggi gelombang.
Para nelayan di Leti dan Kepulauan Babar, kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), Tanimbar, kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) serta laut Aru, kabupaten Kepulauan Aru perlu mewaspadai kondisi cuaca tersebut.
Pertimbangannya, kabupaten MBD dan MTB secara geografis dekat dengan Timor Leste maupun Australia. Sedangkan, kabupaten Kepulauan Aru letak geografisnya dekat Australia.
"Syukurlah gelombang di tiga kawasan tersebut relatif berkisar 1,25 meter dengan kecepatan angin dibawah 20 KM/jam," ujarnya.
Hanya saja, para nelayan yang hendak menangkap ikan jangan memaksakan diri melaut dengan mengandalkan armada tradisional.
Armada tradisional tidak kuat menahan kondisi cuaca tersebut dengan sewaktu - waktu terjadi perubahan kecepatan angin sehingga mempengaruhi tinggi gelombang.
"Jadi imbauan kondisi cuaca telah disampaikan melalui masing - masing Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di sembilan kabupaten dan dua kota, termasukpara Bupati maupun Wali Kota," ujar George.
Dia mengingatkan, bila terjadi kondisi cuaca ekstrim, maka Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Ambon berwenang tidak memberikan izin berlayar, bahkan sekiranya dipandang perlu aktivitas pelayaran untuk sementara ditutup sambil menunggu laporan perkembangan cuaca terbaru.
Para pengguna jasa transportasi juga hendaknya memaklumi bila terjadi penundaan dan keterlambatan jadwal keberangkatan kapal laut akibat faktor cuaca karena pertimbangan perlunya memprioritaskan keselamatan.
Kepala BMKG Stasiun Pattimura Ambon, George Mahubessy, dikonfirmasi, Minggu, mengatakan, kondisi cuaca ini dipengaruhi adanya awan gelap (Cumulonimbus) di lokasi tersebut dapat menimbulkan angin kencang dan menambah tinggi gelombang.
Para nelayan di Leti dan Kepulauan Babar, kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), Tanimbar, kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) serta laut Aru, kabupaten Kepulauan Aru perlu mewaspadai kondisi cuaca tersebut.
Pertimbangannya, kabupaten MBD dan MTB secara geografis dekat dengan Timor Leste maupun Australia. Sedangkan, kabupaten Kepulauan Aru letak geografisnya dekat Australia.
"Syukurlah gelombang di tiga kawasan tersebut relatif berkisar 1,25 meter dengan kecepatan angin dibawah 20 KM/jam," ujarnya.
Hanya saja, para nelayan yang hendak menangkap ikan jangan memaksakan diri melaut dengan mengandalkan armada tradisional.
Armada tradisional tidak kuat menahan kondisi cuaca tersebut dengan sewaktu - waktu terjadi perubahan kecepatan angin sehingga mempengaruhi tinggi gelombang.
"Jadi imbauan kondisi cuaca telah disampaikan melalui masing - masing Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di sembilan kabupaten dan dua kota, termasukpara Bupati maupun Wali Kota," ujar George.
Dia mengingatkan, bila terjadi kondisi cuaca ekstrim, maka Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 1 Ambon berwenang tidak memberikan izin berlayar, bahkan sekiranya dipandang perlu aktivitas pelayaran untuk sementara ditutup sambil menunggu laporan perkembangan cuaca terbaru.
Para pengguna jasa transportasi juga hendaknya memaklumi bila terjadi penundaan dan keterlambatan jadwal keberangkatan kapal laut akibat faktor cuaca karena pertimbangan perlunya memprioritaskan keselamatan.
Pewarta: Alex Sariwating
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: