70 gempa susulan guncang Aceh
11 Desember 2016 01:25 WIB
Pascagempa Pidie Jaya Aceh Pengendara sepeda motor melintas di antara bangunan yang roboh akibat gempa di kawasan Pasar Meureudu, Pidie Jaya, Aceh, Kamis (8/12/2016). Gempa 6,5 SR yang berpusat di Pidie Jaya, Aceh, pada Rabu (7/12/2016), menyebabkan lebih dari 100 orang tewas, ratusan orang luka-luka, dan ratusan bangunan rusak. (ANTARA /Hafidz Mubarak A) ()
Meureudu, Aceh (ANTARA News)- Setelah guncangan gempa tektonik 6,4 Skala Richter (SR) pada Rabu (7/12) pagi di Aceh, sebanyak 70 kali gempa susulan mengguncang wilayah tersebut, guncangan gempa itu bisa dirasakan langsung oleh warga.
"Rabu (7/12) pagi Aceh diguncang gempa tectonik 6,4 Skala Richter (SR) dan sampai dengan Minggu (10/12) malam guncangan gempa bisa dirasakan langsung oleh manusia sebanyak 70 kali," kata Kepala Stasiun BMKG Mata Ie, Banda Aceh Eridawati di Pidie Jaya, Minggu malam.
BMKG mencatat, guncangan gempa tectonik yang terjadi pada Rabu (7/12) terjadi sebanyak 45 kali, Kamis (8/12) 14 kali, Jumat (9/12) tujuh kali, dan Sabtu hingga Minggu empat kali.
"Gempa bumi susulan terjadi, Sabtu pada pukul 03.51 Wib, 3,8 Skala Richter (SR) pukul 06.04 Wib, 3,4 Skala Richter (SR), pukul 07.31 Wib, 3,3 Skala Richter (SR) dan pukul 23:42 Wib,Skala Richter (SR)," jelas Eridawati.
Ia menambahkan, berdasarkan data gempa bumi susulan tersebut di atas tampak bahwa trend frekuensi kejadian gempa bumi susulan per hari di Pidie Jaya sudah semakin meluruh, sehingga aktivitas gempa bumi susulan ini diharapkan segera berakhir dan habis energinya.
"Mengingat frekuensi kejadian gempa bumi susulan yang semakin jarang terjadi, maka kepada masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan tidak terpancing isu yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya," ujarnya.
Dampak dari guncangan gempa tectonik 6,4 skala richter Rabu (7/12) pagi pukul 05:03 Wib, lokasinya persis, 5.19 Lintang Utara (LU), 96.36 Barat Timur (BT) dan 18 Kilometer Timur Laut Kabupaten Pidie Jaya, dikedalaman 10 kilometer telah merengut 96 nyawa dan korban luka parah hingga ringan sekitar 660 orang.
"Setelah gempa parah itu, masyarakat yang tidak tinggal di posko pengungsi masih trauma dan takut tidur didalam rumah karena gempa susulan terus terjadi berulang-ulang," kata Andi warga Gampong (desa) Teugoh, Kecamatan Pante Raja, Pidie Jaya.
"Rabu (7/12) pagi Aceh diguncang gempa tectonik 6,4 Skala Richter (SR) dan sampai dengan Minggu (10/12) malam guncangan gempa bisa dirasakan langsung oleh manusia sebanyak 70 kali," kata Kepala Stasiun BMKG Mata Ie, Banda Aceh Eridawati di Pidie Jaya, Minggu malam.
BMKG mencatat, guncangan gempa tectonik yang terjadi pada Rabu (7/12) terjadi sebanyak 45 kali, Kamis (8/12) 14 kali, Jumat (9/12) tujuh kali, dan Sabtu hingga Minggu empat kali.
"Gempa bumi susulan terjadi, Sabtu pada pukul 03.51 Wib, 3,8 Skala Richter (SR) pukul 06.04 Wib, 3,4 Skala Richter (SR), pukul 07.31 Wib, 3,3 Skala Richter (SR) dan pukul 23:42 Wib,Skala Richter (SR)," jelas Eridawati.
Ia menambahkan, berdasarkan data gempa bumi susulan tersebut di atas tampak bahwa trend frekuensi kejadian gempa bumi susulan per hari di Pidie Jaya sudah semakin meluruh, sehingga aktivitas gempa bumi susulan ini diharapkan segera berakhir dan habis energinya.
"Mengingat frekuensi kejadian gempa bumi susulan yang semakin jarang terjadi, maka kepada masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan tidak terpancing isu yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya," ujarnya.
Dampak dari guncangan gempa tectonik 6,4 skala richter Rabu (7/12) pagi pukul 05:03 Wib, lokasinya persis, 5.19 Lintang Utara (LU), 96.36 Barat Timur (BT) dan 18 Kilometer Timur Laut Kabupaten Pidie Jaya, dikedalaman 10 kilometer telah merengut 96 nyawa dan korban luka parah hingga ringan sekitar 660 orang.
"Setelah gempa parah itu, masyarakat yang tidak tinggal di posko pengungsi masih trauma dan takut tidur didalam rumah karena gempa susulan terus terjadi berulang-ulang," kata Andi warga Gampong (desa) Teugoh, Kecamatan Pante Raja, Pidie Jaya.
Pewarta: Irman Yusuf
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016
Tags: