Produk pembangkit mini hidro Alumni ITB dibeli PLN
10 Desember 2016 20:03 WIB
Head of Public Relation PT Astra Internasional Yulian Warman, Wamen ESDM Arcandra Tahar, Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto, Deputy Director PT Energia, M Rizal, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Director PT Astra Internasional, Pongky Pamungkas, dan Ketua Umum IA ITB Ridwan Djamaludin, berbincang di depan stand produksi anak bangsa disela sela acara pembukaan "Indonesianisme Summit 2016" di Jakarta (10/12/16). (istimewa)
Jakarta (ANTARANews) - Seiring semangat menggunakan produk Indonesia, tiga alumni Institut Teknologi Bandung) yang mengembangkan pembangkit berbasis mikro hidro berhasil mendapatkan kontrak pembelian listrik dari PT PLN (Persero).
Nota kesepahaman (MoU) pembelian listrik antara Hidro Turbin Indonesia (HITI) yang digawangi tiga alumni ITB dengan PLN Distribusi Jawa Barat itu ditandatangani di sela-sela Indonesianisme Summit, di Jakarta, Sabtu, yang dihadiri sejumlah menteri ekonomi dalam jajaran Kabinet Kerja.
Direktur Pemasaran HITI Ismaryanto menjelaskan untuk memasok listrik kepada PLN Distribusi Jawa Barat, pihaknya melalui Bahtera Project akan membangun pembangkit listrik mini hidro dengan kapasitas 2 x 2 megawatt di Garut, Jawa Barat. Proyek pembangunan pembangkit mini hdro tersebut diperkirakan selesai dalam waktu dua tahun.
"Proyek ini akan menggunakan turbin air yang diproduksi HITI," kata alumni ITB tahun 1990 jurusan Teknik Mesin itu.
Ismaryanto mengatakan, penandatangan MoU pembelian listrik tersebut merupakan bentuk dukungan kongkrit terhadap pengembangan produk dalam negeri, sesuai dengan semangat Indonesianisme, yang digagas para alumni ITB.
Ia mengatakan, selama ini kebutuhan untuk proyek pembangkit listrik mini hidro banyak diimpor dari China, India, dan negara-negara Eropa Timur.
"Kami, alumni ITB tergerak untuk mengembangkan turbin air dan peralatan lain karena putera-puteri Indonesia sudah menguasai teknologinya, materialnya pun telah tersedia di negara kita," ujar Ismaryanto.
Karena itulah ia bersama dua temannya mendirikan HITI dengan tujuan merebut pasar di Indonesia yang selama ini dikuasai produk-produk impor.
Pembangkit mini hidro dengan kapasitas antara 1- 10 megawatt , lanjut dia, banyak dikembangkan oleh developer di daerah Garut (Jawa Barat), kawasan Danau Toba (Sumatera Utara), Sulawesi, dan Papua.
Indonesianisme Summit sendiri merupakan ajang untuk membangkitkan kembali kecintaan terhadap produk Indonesia, disamping memperkuat bersinergi antar para pemangku kepentingan di bidang industri, baik industri manufaktur, energi, pariwisata, dan digital.
Pada kegiatan yang dihadiri alumni ITB tersebut, sejumlah menteri antara lain Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Pariwisata Arief Yahya, dan Wakil Menteri ESDM Arcandra Thahar, serta Menko Kemaritiman Luhut B Panjaitan memaparkan program mereka dalam membangun ekonomi Indonesia.
Sementara itu Ketua Ikatan Alumni (IA) ITB Ridwan Djamaluddin mengajak rekan sesama alumni ITB terus mengembangkan teknologi dan industri guna mendukung kemandirian bangsa dari ketergantungan dengan pihak asing. "Kita harus mengembangkan kemandirian dalam industri manufaktur dengan mengembangkan industri inti yang sesuai DNA Indonesia," ujarnya
Nota kesepahaman (MoU) pembelian listrik antara Hidro Turbin Indonesia (HITI) yang digawangi tiga alumni ITB dengan PLN Distribusi Jawa Barat itu ditandatangani di sela-sela Indonesianisme Summit, di Jakarta, Sabtu, yang dihadiri sejumlah menteri ekonomi dalam jajaran Kabinet Kerja.
Direktur Pemasaran HITI Ismaryanto menjelaskan untuk memasok listrik kepada PLN Distribusi Jawa Barat, pihaknya melalui Bahtera Project akan membangun pembangkit listrik mini hidro dengan kapasitas 2 x 2 megawatt di Garut, Jawa Barat. Proyek pembangunan pembangkit mini hdro tersebut diperkirakan selesai dalam waktu dua tahun.
"Proyek ini akan menggunakan turbin air yang diproduksi HITI," kata alumni ITB tahun 1990 jurusan Teknik Mesin itu.
Ismaryanto mengatakan, penandatangan MoU pembelian listrik tersebut merupakan bentuk dukungan kongkrit terhadap pengembangan produk dalam negeri, sesuai dengan semangat Indonesianisme, yang digagas para alumni ITB.
Ia mengatakan, selama ini kebutuhan untuk proyek pembangkit listrik mini hidro banyak diimpor dari China, India, dan negara-negara Eropa Timur.
"Kami, alumni ITB tergerak untuk mengembangkan turbin air dan peralatan lain karena putera-puteri Indonesia sudah menguasai teknologinya, materialnya pun telah tersedia di negara kita," ujar Ismaryanto.
Karena itulah ia bersama dua temannya mendirikan HITI dengan tujuan merebut pasar di Indonesia yang selama ini dikuasai produk-produk impor.
Pembangkit mini hidro dengan kapasitas antara 1- 10 megawatt , lanjut dia, banyak dikembangkan oleh developer di daerah Garut (Jawa Barat), kawasan Danau Toba (Sumatera Utara), Sulawesi, dan Papua.
Indonesianisme Summit sendiri merupakan ajang untuk membangkitkan kembali kecintaan terhadap produk Indonesia, disamping memperkuat bersinergi antar para pemangku kepentingan di bidang industri, baik industri manufaktur, energi, pariwisata, dan digital.
Pada kegiatan yang dihadiri alumni ITB tersebut, sejumlah menteri antara lain Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Pariwisata Arief Yahya, dan Wakil Menteri ESDM Arcandra Thahar, serta Menko Kemaritiman Luhut B Panjaitan memaparkan program mereka dalam membangun ekonomi Indonesia.
Sementara itu Ketua Ikatan Alumni (IA) ITB Ridwan Djamaluddin mengajak rekan sesama alumni ITB terus mengembangkan teknologi dan industri guna mendukung kemandirian bangsa dari ketergantungan dengan pihak asing. "Kita harus mengembangkan kemandirian dalam industri manufaktur dengan mengembangkan industri inti yang sesuai DNA Indonesia," ujarnya
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: