Biaya penanganan nuklir Fukushima melonjak jadi Rp2,5 kuadriliun
9 Desember 2016 19:01 WIB
Direktur divisi penelitian gempa bumi dan gunung api Badan Meteorologi Jepang Koji Nakamura memberikan konferensi pers disamping peta yang menunjukkan pusat gempa di lepas pantai prefektur Fukushima, di Tokyo, Jepang, Selasa (22/11/2016). (REUTERS/Toru Hanai)
Tokyo (ANTARA News) – Biaya penanganan krisis nuklir Fukushima yang mengguncang Jepang pada 2011 melonjak menjadi hampir 190 miliar dolar Amerika (setara Rp2,53 kuadriliun), menurut keterangan pemerintah negara tersebut.
Pemerintah Jepang memperkirakan total biaya, termasuk kompensasi, pembongkaran PLTN, dan pembersihan kontaminasi nuklir, mencapai 21,5 triliun yen (setara Rp2,5 kuadriliun).
Jumlah tersebut hampir dua kali lipat proyeksi sebelumnya yakni sebesar 11 triliun yen (setara Rp1,28 kuadriliun) yang dibuat tiga tahun lalu.
Gempa dahsyat bawah laut pada 11 Maret 2011 menyebabkan tsunami raksasa yang menerjang pesisir timur laut Jepang, sehingga menyebabkan lebih dari 18.500 orang tewas atau menghilang dan tiga reaktor mengalami kebocoran di PLTN Fukushima.
Peristiwa tersebut merupakan tragedi pascaperang terparah sekaligus kecelakaan nuklir paling serius sejak tragedi nuklir Chernobyl pada 1986, demikian dilansir AFP.
Pemerintah Jepang memperkirakan total biaya, termasuk kompensasi, pembongkaran PLTN, dan pembersihan kontaminasi nuklir, mencapai 21,5 triliun yen (setara Rp2,5 kuadriliun).
Jumlah tersebut hampir dua kali lipat proyeksi sebelumnya yakni sebesar 11 triliun yen (setara Rp1,28 kuadriliun) yang dibuat tiga tahun lalu.
Gempa dahsyat bawah laut pada 11 Maret 2011 menyebabkan tsunami raksasa yang menerjang pesisir timur laut Jepang, sehingga menyebabkan lebih dari 18.500 orang tewas atau menghilang dan tiga reaktor mengalami kebocoran di PLTN Fukushima.
Peristiwa tersebut merupakan tragedi pascaperang terparah sekaligus kecelakaan nuklir paling serius sejak tragedi nuklir Chernobyl pada 1986, demikian dilansir AFP.
Pewarta: Monalisa
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: