Kak Seto dirikan "Pondok Ceria" untuk korban gempa Pidie
8 Desember 2016 16:47 WIB
Keluarga Korban Gempa Keluarga korban gempa menangis saat menunggu evakuasi saudaranya yang tertimpa reruntuhan bangunan di Pasar Tringgadeng, Pidie Jaya, Aceh, Rabu (7/12/2016). Data sementara BNPB menyebutkan korban meninggal akibat gempa sebanyak 52 orang, 73 orang luka berat dan 200 luka ringan dan ratusan bangunan rusak, jaringan listrik putus serta beberapa ruas jalan nasional rusak. (ANTARA /Ampelsa) ()
Pidie Jaya (ANTARA News) - Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau Kak Seto bersama Kementerian Sosial (Kemensos), berencana mendirikan trauma centre "Pondok Ceria" untuk memulihkan psikologis anak-anak korban gempa di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh.
"Kedatangan saya ke sini akan membangun Pondok Ceria untuk memulihkan rasa trauma anak-anak korban bencana," katanya kepada ANTARA News di Kabupaten Pidie Jaya, Kamis.
Ia menyebutkan, kegiatan Pondok Ceria itu seperti mengajak anak-anak korban bermain, melukis, dan bernyanyi sehingga bisa melupakan kehilangan orang tuanya atau sanak saudaranya.
Kegiatan ini, kata dia, akan dilakukan berkesinambungan sampai selama proses pemulihan pascagempa berkekuatan 6,5 pada skala Richter (SR) pada Rabu (7/12) pagi.
Kegiatan serupa pernah dilakukan oleh lembaganya pada musibah bencana tsunami Aceh dan Yogyakarta.
"Di setiap terjadi musibah bencana alam, kami akan mendirikan pondok ceria untuk trauma healing," katanya.
Berdasarkan pantauan ANTARA News, kerusakan akibat guncangan gempa tektonik tersebut merusak sejumlah bangunan dari masjid sampai rumah-rumah milik warga.
Bahkan, ruas jalan di beberapa titik mengalami retak-retak memanjang termasuk jembatan. Tampak petugas Dinas Pekerjaan Umum setempat melakukan perbaikan di jalan yang retak-retak itu dengan menambalnya.
Kerusakan dapat terlihat sejak dari gapura selamat datang di kabupaten tersebut, di kiri-kanan sejumlah rumah-rumah milik penduduk ambruk akibat besarnya kekuatan gempa tersebut.
Petugas gabungan dari TNI dan Polri terus berusaha membongkar puing-puing bangunan yang ambruk itu untuk mencari korban yang diduga masih tertimbun.
Untuk mencapai kabupaten tersebut, membutuhkan waktu sekitar tiga jam dengan menggunakan mobil pribadi sedangkan angkutan umum memerlukan waktu sekitar empat jam.
"Kedatangan saya ke sini akan membangun Pondok Ceria untuk memulihkan rasa trauma anak-anak korban bencana," katanya kepada ANTARA News di Kabupaten Pidie Jaya, Kamis.
Ia menyebutkan, kegiatan Pondok Ceria itu seperti mengajak anak-anak korban bermain, melukis, dan bernyanyi sehingga bisa melupakan kehilangan orang tuanya atau sanak saudaranya.
Kegiatan ini, kata dia, akan dilakukan berkesinambungan sampai selama proses pemulihan pascagempa berkekuatan 6,5 pada skala Richter (SR) pada Rabu (7/12) pagi.
Kegiatan serupa pernah dilakukan oleh lembaganya pada musibah bencana tsunami Aceh dan Yogyakarta.
"Di setiap terjadi musibah bencana alam, kami akan mendirikan pondok ceria untuk trauma healing," katanya.
Berdasarkan pantauan ANTARA News, kerusakan akibat guncangan gempa tektonik tersebut merusak sejumlah bangunan dari masjid sampai rumah-rumah milik warga.
Bahkan, ruas jalan di beberapa titik mengalami retak-retak memanjang termasuk jembatan. Tampak petugas Dinas Pekerjaan Umum setempat melakukan perbaikan di jalan yang retak-retak itu dengan menambalnya.
Kerusakan dapat terlihat sejak dari gapura selamat datang di kabupaten tersebut, di kiri-kanan sejumlah rumah-rumah milik penduduk ambruk akibat besarnya kekuatan gempa tersebut.
Petugas gabungan dari TNI dan Polri terus berusaha membongkar puing-puing bangunan yang ambruk itu untuk mencari korban yang diduga masih tertimbun.
Untuk mencapai kabupaten tersebut, membutuhkan waktu sekitar tiga jam dengan menggunakan mobil pribadi sedangkan angkutan umum memerlukan waktu sekitar empat jam.
Pewarta: Riza Fahriza
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2016
Tags: