Korban meninggal gempa Pidie kebanyakan bermukim di ruko
Sejumlah warga menyaksikkan proses evakuasi korban di salah satu bangunan yang runtuh akibat gempa 6.5 SR, di Desa Lueng Putu, perbatasan Pidie-Pidie Jaya, Aceh, Rabu (7/12/2016). Kabupaten Pidie Jaya dan sekitarnya diguncang gempa 6.5 SR yang berpusat pada 5.19 LU-96.36 BT, 18 kilometer timur laut Kabupaten Pidie Jaya atau 121 km tenggara Kota Banda Aceh pada kedalaman 10 km. Berdasarkan data sementara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pidie Jaya sebanyak 25 korban tewas dan ratusan luka-luka akibat gempa. (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)
Informasi di Pidie Jaya, warga yang meninggal dunia umumnya menetap di bangunan rumah toko, sehingga tertimpa reruntuhan bangunan dan tidak bisa menyelamatkan diri.
Dari data resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah Pidie Jaya, jumlah sementara warga meninggal dunia sebanyak 25 orang, sedangkan puluhan yang lain dirawat medis di pusat-pusat pelayanan kesehatan setempat.
Zainal, salah seorang warga Meureudu, ibukota Pidie Jaya, mengatakan, banyak warga meninggal yang menetap di rumah-toko dan umumnya di lantai dua, sehingga pada saat gempa terlambat keluar ruko.
"Banyak yang meninggal dunia warga yang tinggal di pertokoan. Terutama bangunan ruko yang ada di Mereudeu, sedangkan warga yang tinggal di rumah, belum diketahui ada yang meninggal dunia," kata dia.
Lanjutnya lagi, daerah rusak parah akibat gempa Bumi di Pidie Jaya adalah, di Ule Glee, Meureude dan Tringgadeng, baik kerusakan berupa bangunan pertokoan, masjid, maupun rumah.
Sementara, sejumlah pusat pelayanan kesehatan di wilayah Pidie Jaya, dipenuhi oleh warga korban gempa.
"Semua Puskesmas yang ada di Meureudu, sudah penuh dengan korban gempa. Rumah Sakit Umum Daerah Pidie Jaya, yang terletak di pinggir jalan raya Banda Aceh-Medan, Sumut, juga sudah penuh, sehingga harus dilarikan ke rumah sakit kabupaten tetangga seperti ke rumah sakit di Pidie dan ke rumah sakit di Kabupaten Bireun," kata dia.
Pewarta: Mukhlis
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016