Batam, Kepulauan Riau (ANTARA News) - Kapolda Kepri Brigjen Sam Budiangusdian mengatakan pesawat Polri M-28 Sky Truck jatuh ke laut engan kondisi bagian depan pesawat yang terlebih dahulu menyentuh permukaan laut.
"Lima nelayan yang melihat pesawat itu sempat melayang-layang, mesin antara hidup mati, hidung pesawat ke bawah dan terjadi ledakan di air," kata Kapolda Kepri Brigjen Pol Sam Budigusdian usai turut dalam pencarian di Telaga Punggur Batam, Minggu.
Sam mengatakan, sejumlah nelayan yang melihat kejadian dari jarak tidak begitu jauh berhasil menemukan serpihan-serpihan pesawat yang tersebar.
"Hingga saat ini belum bisa dipastikan korban selamat dalam peristiwa ini. Tim masih terus berupaya melakukan pencarian dengan berbagai peralatan yang dimiliki," kata Sam.
Ia mengatakan, hari ini Basarnas yang memimpin pencarian sudah membagi pencarian menjadi empat sektor dengan mengerahkan sejumlah kapal dan helikopter.
"Semua di bawah kendali Basarnas. Kami dari kepolisian mempersiapkan untuk menerima apabila ada korban ditemukan. Semua akan diidentifikasi di RS Bhayangkara Polda Kepri, Batam," kata Sam.
Dia mengatakan, kondisi laut hari ini cukup tenang sehingga bisa mempercepat proses pencarian meski serpihan yang kemarin mengambang kini tidak tampak lagi.
"Kemarin serpihan seperti kursi dan tas termasuk serpihan potongan bagian tubuh manusia nampak mengambang. Mungkin karena malam dihentikan, jadi sudah tidak nampak lagi," kata dia.
Pesawat M-28 Sky Truck milik Polri diketahui hilang kontak dan jatuh Sabtu siang kemarin di perairan Lingga sebelah selatan Provinsi Kepulauan Riau.
Pesawat membawa 13 penumpang yang terdiri dari lima awak dan delapan penumpang yang semuanya polisi yang hendak BKO ke Polda Kepri.
Tim SAR terus mencari pesawat hilang dan korbannya dan setelah Sabtu sore dihentikan, sejak Minggu pagi tadi pencarian bangkai pesawat dilanjutkan.
Pesawat Polri jatuh ke laut dengan hidung terlebih dahulu
4 Desember 2016 15:23 WIB
kecelakaan pesawat (ANTARA News/Ridwan Triatmodjo)
Pewarta: Larno
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016
Tags: