Colchester (ANTARA News) -
Keluarga Islam Indonesia di Britania Raya (KIBAR) Colchester mengadakan seminar bertema "Tips Menghafal Al Quran sejak Dini dan Mengelola Keuangan dalam Perspektif Islam" dengan narasumber Wirda Mansur, remaja berusia 14 tahun yang telah hafal Al Quran (hafidzah).
Selain itu, Murniati Mukhlisin, dosen di Essex Business School (EBS), dan Luqyan Tamanni, kandidat doktor di University of Glasgow, Inggris, juga menjadi nara sumber acara yang berlangsung Sabtu waktu setempat (Minggu WIB).
Pengurus KIBAR Colchester, Zaki Arrobi, kepada ANTARA News mengatakan bahwa acara yang berlangsung di Essex Business School Universitas Essex tersebut Wirda Mansur mengisahkan pengalamannya dalam menghafal Al Quran sejak usia tujuh tahun.
Pengurus KIBAR Colchester, Zaki Arrobi, kepada ANTARA News mengatakan bahwa acara yang berlangsung di Essex Business School Universitas Essex tersebut Wirda Mansur mengisahkan pengalamannya dalam menghafal Al Quran sejak usia tujuh tahun.
Menurut putri udztad kondang M. Yusuf Mansyur tersebut, menghafal Al Quran merupakan hasrat hati terbesar dalam hidupnya sehingga tidak pernah merasa ada beban dalam melakukannya.
Selain itu, ia mengemukakan, menghafal Al Quran juga akan mendapatkan pahala di sisi Allah SWT.
Selain itu, ia mengemukakan, menghafal Al Quran juga akan mendapatkan pahala di sisi Allah SWT.
"Kalau sudah diniatkan untuk Allah SWT tidak akan merasa capek atau bosan," ujarnya.
Ia mengaku bahwa sejak pukul 03.00 hingga 21.00 menjalani proses menghafal Al Quran.
Berkat hafalan Al Quran, ia pun mengemukakan, berhasil menjelajahi berbagai Negara, seperti Hongkong, Malasyia, Jepang, Amerika Serikat dan Singapura untuk berbagi pengalamannya.
Di masa depan, Wirda bercita-cita menjadi wanita yang memiliki bisnis sendiri, dan tetap menghafal Al Quran.
Selama di Inggris Wirda juga mengikuti pelajaran di sekolah dan bahkan sempat berbagi pengalaman mengenai Indonesia.
Berkat hafalan Al Quran, ia pun mengemukakan, berhasil menjelajahi berbagai Negara, seperti Hongkong, Malasyia, Jepang, Amerika Serikat dan Singapura untuk berbagi pengalamannya.
Di masa depan, Wirda bercita-cita menjadi wanita yang memiliki bisnis sendiri, dan tetap menghafal Al Quran.
Selama di Inggris Wirda juga mengikuti pelajaran di sekolah dan bahkan sempat berbagi pengalaman mengenai Indonesia.
"Saya juga mengenakan kebaya," ujar gadis yang bercita-cita menjadi pengusaha di bidang jasa layanan jet Pribadi itu.
Mengenai pelajaran di sekolah di Inggris, Wirda merasa tidak sulit, bahkan dirasakan bahwa pelajaran matematika di Inggris lebih mudah disbanding di Indonesia.
Membawa nama besar sang ayah sebagai ustad kondang, bagi Wirda tidak mudah, apalagi dirinya aktif di sosial media selama 24 jam sehingga banyak mendapat sorotan dan tekanan (pressure).
Mengenai pelajaran di sekolah di Inggris, Wirda merasa tidak sulit, bahkan dirasakan bahwa pelajaran matematika di Inggris lebih mudah disbanding di Indonesia.
Membawa nama besar sang ayah sebagai ustad kondang, bagi Wirda tidak mudah, apalagi dirinya aktif di sosial media selama 24 jam sehingga banyak mendapat sorotan dan tekanan (pressure).
"Pressure juga sih," ujarnya.
Ia juga ingin seperti remaja seusianya. Selain itu, dia juga menambahkan bahwa kagum dengan negara Britania Raya karena banyak menemukan masjid ketimbang saat bersekolah di Amerika Serikat.
Sementara itu, Murniati Mukhlisin dan Luqyan Tamanni mengulas berbagai tips praktis mengelola keuangan keluarga dalam perspektif Islam.
Pasangan suami istri Indonesia yang tinggal di Inggris itu pun memberikan pemaparan bagaimana mengelola keuangan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Murniati menyatakan bahwa dalam mengeluarkan uang seorang Muslim hendaknya membuat skala prioritas kebutuhan, seperti mendahulukan untuk membayar utang terlebih dahulu, baru kemudian berzakat dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sementara itu, Murniati Mukhlisin dan Luqyan Tamanni mengulas berbagai tips praktis mengelola keuangan keluarga dalam perspektif Islam.
Pasangan suami istri Indonesia yang tinggal di Inggris itu pun memberikan pemaparan bagaimana mengelola keuangan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Murniati menyatakan bahwa dalam mengeluarkan uang seorang Muslim hendaknya membuat skala prioritas kebutuhan, seperti mendahulukan untuk membayar utang terlebih dahulu, baru kemudian berzakat dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Jadi, harus ada skala prioritas kebutuhan dalam membelanjakan pengeluaran kita agar berkah dan tetap bisa menabung untuk kebutuhan darurat dan investasi," ujar dosen yang aktif di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia.
Kegiatan itu diikuti juga mahasiswa dari Malasyia, Syria dan beberapa negara lain. Acara pun diakhiri makan bersama dengan hidangan khas Indonesia.
Kegiatan itu diikuti juga mahasiswa dari Malasyia, Syria dan beberapa negara lain. Acara pun diakhiri makan bersama dengan hidangan khas Indonesia.
Zaki Arrobi menambahkan,
KIBAR akan terus mengadakan berbagai acara untuk memperkenalkan Indoesia kepada masyarakat di Inggris.