Indonesia kontributor sampah plastik di laut terbesar di dunia
3 Desember 2016 20:32 WIB
Wisatawan berjalan di pantai yang penuh sampah plastik di kawasan pantai Bintan, Provinsi Kepuluan Riau, Selasa (24/11/2015). Menurut riset yang dikemukakan pada pertemuan tahunan American Association for the Advancement of Science (AAAS) 2015, sekitar 8 juta metrik ton sampah plastik berakhir di laut dan Indonesia menduduki peringkat kedua dalam daftar 192 negara yang menyumbangkan sampah terbanyak ke laut setelah Tiongkok. (ANTARA FOTO/FB Anggoro)
Situbondo (ANTARA News) - Direktur Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir dan Laut (PPKPL) pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Heru Waluyo menyatakan bahwa Indonesia sebagai kontributor sampah plastik di laut urutan kedua terbesar di dunia.
"Hal tersebut adalah dari hasil riset dari universitas di Amerika, dan indikasinya yaitu dari negara-negara yang sedang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, seperti negara Thailand, China, Philipina dan yang lainnya," katanya saat kunjungan kerja kegiatan bersih-bersih pantai (Coastal Cleanup) di Situbondo, Jawa Timur, Sabtu.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang baik di suatu negara, lanjut dia, maka tingkat konsumsi masyarakat tentu akan meningkat pula, dan tingkat konsumsi yang meningkat itu lebih cenderung mengonsumsi makanan kemasan-kemasan dari berbagai produk.
Selain itu, kata dia, banyaknya sampah di laut juga disebabkan perilaku-perilaku masyarakat yang masih kurang peduli terhadap lingkungannya sendiri.
"Secara spesifik untuk mengatakan laut di Desa Kilensari, Kecamatan Panarukan, Situbondo, tetapi bisa lihat secara spot-spot sekarang sudah jelas banyak sampah di pinggir pantai dan itu berpotensi masuk ke wilayah laut. Oleh karenanya pemerintah daerah harus peduli dengan cara menyediakan tempat sampah di kawasan pesisir," katanya.
Ia menjelaskan, pengaruh sampah plastik ke laut akan berdampak terhadap biota-biota laut dan juga mematikan habitat-habitat di laut seperti pohon bakau karena dan terumbu karang.
"Contohnya pohon bakau jika tertutup sampah plastik akan mati atau terlambat pertumbuhannya, sedang terumbu karang kalau tertutup plastik secara banyak juga bisa mati karena tidak terkena sinar matahari," jelasnya.
"Hal tersebut adalah dari hasil riset dari universitas di Amerika, dan indikasinya yaitu dari negara-negara yang sedang memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, seperti negara Thailand, China, Philipina dan yang lainnya," katanya saat kunjungan kerja kegiatan bersih-bersih pantai (Coastal Cleanup) di Situbondo, Jawa Timur, Sabtu.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang baik di suatu negara, lanjut dia, maka tingkat konsumsi masyarakat tentu akan meningkat pula, dan tingkat konsumsi yang meningkat itu lebih cenderung mengonsumsi makanan kemasan-kemasan dari berbagai produk.
Selain itu, kata dia, banyaknya sampah di laut juga disebabkan perilaku-perilaku masyarakat yang masih kurang peduli terhadap lingkungannya sendiri.
"Secara spesifik untuk mengatakan laut di Desa Kilensari, Kecamatan Panarukan, Situbondo, tetapi bisa lihat secara spot-spot sekarang sudah jelas banyak sampah di pinggir pantai dan itu berpotensi masuk ke wilayah laut. Oleh karenanya pemerintah daerah harus peduli dengan cara menyediakan tempat sampah di kawasan pesisir," katanya.
Ia menjelaskan, pengaruh sampah plastik ke laut akan berdampak terhadap biota-biota laut dan juga mematikan habitat-habitat di laut seperti pohon bakau karena dan terumbu karang.
"Contohnya pohon bakau jika tertutup sampah plastik akan mati atau terlambat pertumbuhannya, sedang terumbu karang kalau tertutup plastik secara banyak juga bisa mati karena tidak terkena sinar matahari," jelasnya.
Pewarta: Novi Husdinariyanto dan Zumrotun Solichah
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: