Dua bayi gajah lahir di konservasi BEC
3 Desember 2016 13:06 WIB
Ekowisata Tangkahan Sumut Seorang wisatawan domestik ikut memandikan gajah didampingi mahout (pawang gajah) di Tangkahan, tepi hutan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Sumatra Utara, Selasa (10/2). Ekowisata di Tangkahan dikembangkan oleh para mantan ilegal logger yang sudah mulai memiliki kesadaran menjaga hutan, mereka menawarkan paket wisata berupa tracking di hutan, ikut memandikan gajah, ikut patroli keamanan hutan, dan paket penginapan di tepi hutan. (ANTARA FOTO/Regina Safri) ()
Denpasar (ANTARA News) - Konservasi Bali Elephant Camp (BEC) di Desa Carangsari, Kabupaten Badung, Bali menambah koleksi gajah karena kelahiran dua bayi gajah di tahun 2016.
Pemilik Konservasi BEC IGA Agung Inda Trimafo Yudha di Carangsari, Bali, Sabtu mengatakan dua bayi gajah yang lahir di tahun ini dari induk yang berbeda.
"Bayi gajah yang lahir pertama pada Agustus bertepatan dengan suasana hari suci Saraswati. Oleh karena itu nama gajah itu diberi nama Saraswati. Sedangkan yang kedua lahir pada bulan peringatan Hari Pahlawan, November lalu," katanya.
Ia mengatakan untuk memberi sebuah nama kepada bayi gajah tersebut harus berkonsultasi dengan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA), karena instansi tesebut yang paling berhak mempublikasikan keberadaan gajah itu.
"Untuk bayi gajah kedua sampai saat ini belum diberi nama, karena kami masih berkonsultasi dengan pihak KSDA. Kalau sudah disetujui kami akan publis nama gajah tersebut," ucap Indah Trimafo yang juga Ketua Umum DPD Hipmi Bali.
Pemilik Konservasi BEC IGA Agung Inda Trimafo Yudha di Carangsari, Bali, Sabtu mengatakan dua bayi gajah yang lahir di tahun ini dari induk yang berbeda.
"Bayi gajah yang lahir pertama pada Agustus bertepatan dengan suasana hari suci Saraswati. Oleh karena itu nama gajah itu diberi nama Saraswati. Sedangkan yang kedua lahir pada bulan peringatan Hari Pahlawan, November lalu," katanya.
Ia mengatakan untuk memberi sebuah nama kepada bayi gajah tersebut harus berkonsultasi dengan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA), karena instansi tesebut yang paling berhak mempublikasikan keberadaan gajah itu.
"Untuk bayi gajah kedua sampai saat ini belum diberi nama, karena kami masih berkonsultasi dengan pihak KSDA. Kalau sudah disetujui kami akan publis nama gajah tersebut," ucap Indah Trimafo yang juga Ketua Umum DPD Hipmi Bali.
Pewarta: I Komang Suparta
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016
Tags: