Pemerintah perlu waspadai kenaikan harga beras
1 Desember 2016 15:58 WIB
Harga Beras Naik Pedagang melayani warga yang membeli beras di pasar tradisional Masomba Palu, Sulawesi Tengah, Senin (31/8/2015). Harga beras di tingkat pengecer naik rata-rata Rp1.000 per kilogram dari Rp8.500 menjadi Rp9.500 per kilogram disebabkan karena berkurangnya pasokan akibat gagal panen di sejumlah sentra produksi beras. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah dinilai perlu mewaspadai kenaikan harga beras kualitas medium yang pada November 2016 naik rata-rata sebesar 0,77 persen di tingkat penggilingan dari Rp8.981 per kilogram menjadi Rp9.050 per kilogram.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa selain kenaikan harga rata-rata beras kualitas medium, harga beras kualitas rendah juga naik sebesar 0,40 persen menjadi Rp8.632 per kilogram dan kualitas premium naik 1,37 persen menjadi Rp9.257 per kilogram.
"Desember 2016 perlu waspada harga beras naik. Sejauh ini, pelaku usaha tidak mengambil keuntungan yang tidak wajar," kata Sasmito dalam jumpa pers.
Pada tingkat penggilingan, untuk harga rata-rata harga gabah kering panen juga meningkat 0,37 persen menjadi Rp4.660 per kilogram. Sementara untuk gabah kering giling naik 0,23 persen menjadi Rp5.426 per kilogram dan gabah kualitas rendah menjadi Rp4.225 per kilogram atau naik 0,31 persen.
Sama halnya dengan tingkat penggilingan, pada tingkat petani rata-rata harga gabah kering panen Rp4.574,00 per kilogram atau naik 0,41 persen. Harga gabah kering giling di tingkat yang sama tercatat Rp5.325,00 per kilogram atau naik 0,26 persen dan gabah kualitas rendah naik 0,28 persen atau menjadi Rp4.122,00 per kilogram.
Tercatat, harga tertinggi untuk gabah di tingkat petani mencapai Rp7.500 per kilogram dan di tingkat penggilingan sebesar Rp7.550 per kilogram. Sementara untuk yang terendah mencapai Rp3.300 per kilogram di tingkat petani dan Rp3.475 di tingkat penggilingan.
Harga tertinggi di tingkat petani dan penggilingan berasal dari kualitas gabah kering panen varietas Siam Mayang di Kecamatan Kapuas Timur, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Sementara itu, untuk terendah berasal dari gabah kualitas rendah varietas IR64 dan Mikongga yang terjadi di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa barat.
Laporan Badan Pusat Statistik tersebut berdasarkan 1.571 transaksi penjualan gabah di 23 provinsi selama November 2016 yang didominasi transaksi gabah kering panen 67,60 persen, gabah kualitas rendah 20,24 persen, dan gabah kering giling 12,16 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa selain kenaikan harga rata-rata beras kualitas medium, harga beras kualitas rendah juga naik sebesar 0,40 persen menjadi Rp8.632 per kilogram dan kualitas premium naik 1,37 persen menjadi Rp9.257 per kilogram.
"Desember 2016 perlu waspada harga beras naik. Sejauh ini, pelaku usaha tidak mengambil keuntungan yang tidak wajar," kata Sasmito dalam jumpa pers.
Pada tingkat penggilingan, untuk harga rata-rata harga gabah kering panen juga meningkat 0,37 persen menjadi Rp4.660 per kilogram. Sementara untuk gabah kering giling naik 0,23 persen menjadi Rp5.426 per kilogram dan gabah kualitas rendah menjadi Rp4.225 per kilogram atau naik 0,31 persen.
Sama halnya dengan tingkat penggilingan, pada tingkat petani rata-rata harga gabah kering panen Rp4.574,00 per kilogram atau naik 0,41 persen. Harga gabah kering giling di tingkat yang sama tercatat Rp5.325,00 per kilogram atau naik 0,26 persen dan gabah kualitas rendah naik 0,28 persen atau menjadi Rp4.122,00 per kilogram.
Tercatat, harga tertinggi untuk gabah di tingkat petani mencapai Rp7.500 per kilogram dan di tingkat penggilingan sebesar Rp7.550 per kilogram. Sementara untuk yang terendah mencapai Rp3.300 per kilogram di tingkat petani dan Rp3.475 di tingkat penggilingan.
Harga tertinggi di tingkat petani dan penggilingan berasal dari kualitas gabah kering panen varietas Siam Mayang di Kecamatan Kapuas Timur, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Sementara itu, untuk terendah berasal dari gabah kualitas rendah varietas IR64 dan Mikongga yang terjadi di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa barat.
Laporan Badan Pusat Statistik tersebut berdasarkan 1.571 transaksi penjualan gabah di 23 provinsi selama November 2016 yang didominasi transaksi gabah kering panen 67,60 persen, gabah kualitas rendah 20,24 persen, dan gabah kering giling 12,16 persen.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: