Teroris Majalengka belajar buat bom dari internet
30 November 2016 16:41 WIB
Penggeledahan Rumah Tersangka Teroris Sejumlah anggota Densus 88 Mabes Polri menggeledah rumah tersangka teroris Syaiful Bahri alias Abu Syifa di Kampung Kelapa Lima, Desa Sukamanah, Baros, Serang, Banten, Minggu (27/11/2016). Syaiful Bahri ditangkap di kediamannya pada Minggu pagi (27/11/2016) karena diduga berperan sebagai perancang laboratorium bahan peledak "high explosive" jaringan teroris Rio Priatna Wibowo di Majalengka. (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman) ()
Jakarta (ANTARA News) - Jaringan teroris Majalengka, Rio dan tiga rekannya belajar membuat peledak dari informasi yang dibagikan petempur ISIS asal Indonesia, Bahrun Naim, melalui internet.
Kadivhumas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta, pada Rabu, mengatakan tersangka kasus terorisme, Rio Priatna Wibawa (ditangkap di Majalengka, Jabar) dan tiga rekannya, Bahrain Agam (ditangkap di Aceh Utara), Saiful Bahri (ditangkap di Serang, Banten) dan Hendra alias Abu Pase (ditangkap di Tangerang Selatan, Banten) mempelajari cara membuat bahan peledak dari pelatihan daring (online training) yang diselenggarakan oleh Bahrun Naim.
"Belajarnya online training. Bahrun membagikan info-info melalui online," kata Boy.
Selain itu mereka juga mempelajarinya secara otodidak dari internet.
Keempat pelaku berkenalan melalui media daring dan mulai bertemu sejak Juni 2016. Mereka kemudian melakukan permufakatan jahat untuk melakukan kegiatan teror di antaranya membangun laboratorium kimia di rumah Rio di Majalengka dan membuat bahan peledak.
Rio sendiri pandai meracik berbagai bahan kimia karena sebelumnya tertarik pada hal-hal berbau kimia dan pernah mengenyam kuliah di Fakultas Pertanian di sebuah universitas di Majalengka.
Sementara bahan-bahan kimia yang digunakan oleh Rio dan rekannya, dibelinya dari toko online yang salah satunya terletak di Jalan Pramuka, Jakarta Timur.
"Mereka ini cukup kreatif. Bahan-bahannya itu juga yang barang yang dipakai keseharian, ada yang dibeli online dan di toko," ujarnya.
Boy mengatakan bahan peledak yang dibuat kelompok ini diperkirakan berdaya ledak tinggi, kekuatannya melebihi bom yang digunakan dalam peristiwa Bom Bali.
"Bahannya RDX dan TNT, efek ledakannya dahsyat. Buatan Rio dan teman-temannya ini menang (punya kelebihan) dari segi bahan karena RDX itu high explosive. Sementara kalau bom Bali itu low explosive tapi jumlah bahannya banyak," katanya.
Dari hasil pemeriksaan, diketahui bahwa Rio dan Bahrain sudah memilih beberapa lokasi yang strategis yang akan dijadikan target aksi bom bunuh diri.
Bahan peledak yang diproduksi oleh Rio dan tiga rekannya ini diketahui telah dipesan oleh sejumlah orang dari kelompok Bahrun lainnya.
Rencananya bahan peledak itu akan digunakan untuk aksi bom bunuh diri di berbagai lokasi yakni di Gedung DPR/MPR/DPD, Mabes Polri, beberapa gedung kedutaan besar, stasiun televisi dan vihara pada akhir 2016.
Kadivhumas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta, pada Rabu, mengatakan tersangka kasus terorisme, Rio Priatna Wibawa (ditangkap di Majalengka, Jabar) dan tiga rekannya, Bahrain Agam (ditangkap di Aceh Utara), Saiful Bahri (ditangkap di Serang, Banten) dan Hendra alias Abu Pase (ditangkap di Tangerang Selatan, Banten) mempelajari cara membuat bahan peledak dari pelatihan daring (online training) yang diselenggarakan oleh Bahrun Naim.
"Belajarnya online training. Bahrun membagikan info-info melalui online," kata Boy.
Selain itu mereka juga mempelajarinya secara otodidak dari internet.
Keempat pelaku berkenalan melalui media daring dan mulai bertemu sejak Juni 2016. Mereka kemudian melakukan permufakatan jahat untuk melakukan kegiatan teror di antaranya membangun laboratorium kimia di rumah Rio di Majalengka dan membuat bahan peledak.
Rio sendiri pandai meracik berbagai bahan kimia karena sebelumnya tertarik pada hal-hal berbau kimia dan pernah mengenyam kuliah di Fakultas Pertanian di sebuah universitas di Majalengka.
Sementara bahan-bahan kimia yang digunakan oleh Rio dan rekannya, dibelinya dari toko online yang salah satunya terletak di Jalan Pramuka, Jakarta Timur.
"Mereka ini cukup kreatif. Bahan-bahannya itu juga yang barang yang dipakai keseharian, ada yang dibeli online dan di toko," ujarnya.
Boy mengatakan bahan peledak yang dibuat kelompok ini diperkirakan berdaya ledak tinggi, kekuatannya melebihi bom yang digunakan dalam peristiwa Bom Bali.
"Bahannya RDX dan TNT, efek ledakannya dahsyat. Buatan Rio dan teman-temannya ini menang (punya kelebihan) dari segi bahan karena RDX itu high explosive. Sementara kalau bom Bali itu low explosive tapi jumlah bahannya banyak," katanya.
Dari hasil pemeriksaan, diketahui bahwa Rio dan Bahrain sudah memilih beberapa lokasi yang strategis yang akan dijadikan target aksi bom bunuh diri.
Bahan peledak yang diproduksi oleh Rio dan tiga rekannya ini diketahui telah dipesan oleh sejumlah orang dari kelompok Bahrun lainnya.
Rencananya bahan peledak itu akan digunakan untuk aksi bom bunuh diri di berbagai lokasi yakni di Gedung DPR/MPR/DPD, Mabes Polri, beberapa gedung kedutaan besar, stasiun televisi dan vihara pada akhir 2016.
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2016
Tags: