Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Periode 2013-2014 Chatib Basri menilai nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS dalam beberapa hari terakhir merupakan akibat dari antisipasi pasar terhadap rencana kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS The Fed.

"Saya rasa pasar sudah price in (menyesuaikan), price in itu sudah diantisipasi. Jadi kemarin rupiahnya Rp13.500, itu antisipasi Fed Fund Rate naik. Kalau naik ada pressure (tekanan) di rupiah," ujar Chatib usai menjadi pembicara dalam seminar "Tantangan Pengelolaan APBN Dari Masa Ke Masa" di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu

Menurut Chatib, pasar tidak pernah mau menunggu sampai suku bunga AS naik. Pasar selalu bekerja bahkan dari enam bulan sebelum kejadian.

"Jadi ketika dia lihat Trump menang, ada kemungkinan ekspansi fiskal, interest rate (suku bunga) akan naik, dia (investor) keluar," katanya.

Terkait dengan prediksi akan semakin banyaknya aliran modal keluar (capital outflow) dari Indonesia, Chatib menilai investor masih akan melihat tren suku bunga, apakah akan terus naik atau tidak.

"Dia akan lihat, tren naik terus atau tidak. Jadi yang keputusannya bukan hanya Desember, tapi akan terus atau tidak. Mungkin The Fed akan naik terus hingga 50 bps (basis poin) tahun depan," ujarnya.

Berdasarkan kurs tengah BI, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah dalam dua pekan terakhir. Pada Rabu ini, rupiah mencapai Rp13.563 per dolar AS, melemah dibandingkan hari sebelumnya Rp13.549 per dolar AS.