Jepara (ANTARA News) - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M. Nasir memperkenalkan teknologi konventer kit mesin kapal kepada nelayan di Desa Jambu Barat, Mlonggo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Senin.

"Teknologi konventer kit ini menjawab bagaimana cara menghemat bahan bakar yang selama ini memakai bensin ke gas. Kalau dapat dilakukan, penghematannya luar biasa bagi nelayan," kata Nasir kepada komunitas nelayan di Kecamatan Mlonggo.

Konventer kit merupakan peralatan yang dipasangkan di mesin sehingga mesin tersebut dapat menggunakan bahan bakar yang berbeda dari yang sudah ditetapkan oleh produsen mesin.

Selama ini, kata dia, sebagian besar nelayan kecil menggunakan kapal dengan mesin diesel berbahan bakar solar, mesin 2-tak, dan mesin 4-tak berbahan bakar bensin.

Teknologi konventer kit yang diperkenalkan kepada nelayan Jepara tersebut mampu mengubah konsumsi bahan bakar minyak menjadi energi alternatif bahan bakar gas (BBG).

Uji terap konventer kit di Jepara merupakan kelanjutan dari kegiatan serupa di Tegal yang menunjukkan adanya penghematan biaya melaut nelayan dari Rp30.000 per hari untuk kapal bermesin 2-tak menjadi Rp3.000,00 per hari dengan gas.

Menristekdikti mengatakan bahwa pengembangan prototipe konverter kit yang teruji pada penggunaan yang sebenarnya di mesin kapal nelayan dan transportasi merupakan salah satu bentuk kontribusi pembangunan iptek dalam rangka memberikan daya ungkit dan mendorong peningkatan daya saing nasional.

"Mudah-mudahan ke depan nelayan makin sejahtera. Harus kita berinovasi agar mampu bersaing," kata Nasir.

Pengagas teknologi konventer kit mesin kapal, Abdul Hakim Pane, mengatakan bahwa pihaknya masih menunggu sertifikasi dan standardisasi produknya sebelum masuk proses produksi massal.

"Sekarang sedang proses SNI, sedang waiting list," kata peneliti perusahaan teknologi PT Tritunggal Prakarsa Global tersebut.

Harga konventer kit mesin kapal dari bahan bakar minyak ke bahan bakar gas saat ini sekitar Rp9 juta per unit. Apabila dapat diproduksi massal bagi kepentingan nelayan nasional, kata Pane, harganya dapat mencapai Rp4 juta sampai Rp5 juta per unit.

Direktur Pengembangan Teknologi Industri Kemenristekdikti Hotmatua Daulay menyatakan pengembangan teknologi yang dibutuhkan masyarakat dan dunia industri Indonesia bagi daya saing merupakan prioritas pemerintah.

Untuk itu, insentif bagi pengembangan teknologi dari tahun ke tahun akan terus ditingkatkan.

Kemristekdikti memfasilitasi berbagai jenis insentif pembiayaan riset dan pengembangan teknologi untuk berbagai tahapan.

Salah satu yang dikelola Direktorat Pengembangan Teknologi Industri adalah program pembiayaan penelitian hingga menghasilkan prototipe yang sudah dapat dibuktikan pada lingkungan atau kondisi yang aktual.