Timika (ANTARA News) - Uskup Keuskupan Timika, Papua Mgr John Philip Saklil Pr mengajak umat Katolik di wilayah itu agar hidup dalam kebenaran dengan takut akan Tuhan.

Seruan itu disampaikan Uskup John Saklil kepada umat Katolik setempat dalam mengawali masa Advent, yaitu masa mempersiapkan diri selama sebulan menyambut kelahiran juru selamat Isa Almasih.

"Ada saatnya pengadilan Tuhan terjadi. Tuhan akan datang membasmi semua orang yang tidak percaya, yang tidak taat, yang menjauhkan diri dan yang hidup dalam kegelapan. Tuhan akan memilih orang-orang benar untuk masuk dalam kerajaanNya," kata Uskup Saklil.

Menurut Uskup Saklil, hendaknya semua orang beriman berjaga-jaga dan bersiap-siap menanti kedatangan Tuhan.

"Tuhan akan memilih diantara kita untuk masuk ke dalam kerajaanNya. Tuhan tidak memilih berdasarkan latar belakang keluarga atau suku atau alasan apapun. Tuhan akan datang memilih orang yang benar. Siapa yang hidupnya benar di mata Tuhan maka akan masuk dalam kerajaan Tuhan. Tapi barang siapa yang hidupnya tidak benar maka dia akan masuk dalam kegelapan neraka," ujarnya.

Uskup Saklil menggambarkan dunia dewasa ini banyak dipenuhi oleh orang-orang yang tidak lagi takut akan kuasa Tuhan karena mereka tidak percaya kepada Tuhan.

Kehancuran dunia dewasa ini, katanya, karena ulah orang-orang yang tidak memiliki iman dan kepercayaan akan Tuhan dengan membangun kehidupannya atas dasar kebencian, iri hati, dendam, keserakahan dan lainnya.

Secara khusus Uskup Saklil mengingatkan warga asli Papua dari Suku Amungme dan Kamoro di Mimika agar lebih banyak mengucap syukur kepada Tuhan atas kelimpahan berkat kekayaan sumber daya alam yang mereka miliki.

"Sekarang jumlah orang Amungme dan Kamoro semakin sedikit. Warga pendatang jauh lebih banyak dari orang asli. Banyak orang mati dalam usia muda. Banyak anak-anak yang mati saat dilahirkan. Pertanyaannya mengapa tempat ini subur untuk orang lain tapi kering untuk We Kamoro dan We Amungme. Manusia bisa berubah dan berkembang jika takut kepada Tuhan," kata Uskup.

Uskup juga mengingatkan agar warga asli untuk menghentikan kebiasaan buruk menjual harta milik mereka berupa tanah dan rumah kepada orang lain untuk dipakai membeli minuman beralkohol dan mabuk-mabukan.

"Di Timika banyak orang seperti burung, hidupnya tidak jelas. Lalu lalang kesana kemari. Tanah habis dijual, rumah tidak punya. Semuanya dijual habis untuk dipakai membeli alkohol. Ini persoalan serius yang dihadapi warga asli di Mimika," katanya.