Gunungsitoli (ANTARA News) - Yayasan Pusaka Nias, lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang sosial dan nirlaba, mendirikan Museum Pusaka Nias yang menggabungkan konsep budaya dan alam di lahan seluas sekira dua hektare.

"Satu-satunya museum adat budaya di empat kabupaten dan satu kota se-Kepulauan Nias, dan hanya ada di Kota Gunungsitoli," kata petugas pemandu sekaligus satuan pengamanan Museum Pusaka Nias, Petrus Fonahazisokhi Buulolo, Minggu.

Lembaga yang diperuntukkan bagi masyarakat umum itu, menurut dia, berfungsi mengumpulkan, merawat, dan menyajikan sekaligus melestarikan warisan budaya masyarakat untuk tujuan studi, penelitian dan kesenangan atau hiburan di Kepulauan Nias.

Museum itu bukan hanya sebagai tempat melihat benda bersejarah etnis Nias, juga untuk tempat wisata liburan keluarga dengan suasana yang teduh dan hembusan angin dari arah laut, ujarnya.

Ratusan jenis tanaman bunga dan pohon langka tampak dirawat dan tertera berbagai informasi khasnya, selain adanya sejumlah pondok istirahat, dan adanya fasilitas pemeliharaan puluhan satwa lokal.

"Buaya, ular, monyet, rusa, kijang, landak dan dari jenis burung-burungan," kata Petrus, menyebutkan sejumlah koleksi satwa khas Nias.

Di areal berbatasan dengan laut itu, pengelola Museum Pusaka Nias juga menyediakan fasilitas uumum bagi pengunjung, khususnya anak-anak dapat bermain air laut secara nyaman dan aman.

"Kami sering ke sana, dan anak saya suka sekali mandi air laut," kata seorang warga Kota Gunungsitoli, Angan Zagoto.

Museum Pusaka Nias mengoleksi 6.000-an artefak etnografi, arkelologi, sejarah, keramik, senirupa dan batu-batu megalit.

Petrus mengatakan, museum itu telah dikunjungi wisatawan dari dalam negeri dan mancanegara serta warga lokal setiap hari.

Harga tiket masuk ke Museum Pusaka Nias senilai Rp5.000 untuk akhir pekan dan hari libur, dan Rp4.000 pada hari biasa, adapun tarif anak-anak Rp2.000.

"Untuk wisatawan dari mancanegara rata-rata Rp20.000," kata Petrus.

Tingkat kunjungan sehari-hari, menurut dia, sekira 200-an orang, dan pada hari libur umum bisa mencapai 500-an orang, sedangkan dan akhir pekan rata-rata 1.000-an orang.

Untuk keberlangsungan keberadaan Museum Pusaka Nias, Petrus menambahkan, berharap perhatian nyata dari pemerintah daerah di Kepulauan Nias, dan pemerintah pusat untuk membantu biaya operasional dan perawatannya.