Rupiah Jumat sore melemah menjadi Rp13.529
25 November 2016 18:17 WIB
Petugas menunjukkan uang dolar US dan uang rupiah di tempat penukaran uang di kantor PT Valuta Inti Prima, Jakarta, Jumat (11/11/2016). (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore, bergerak melemah sebesar 20 poin menjadi Rp13.529 dari posisi sebelumnya sebesar Rp13.509 per dolar AS.
"Dolar AS masih melanjutkan penguatannya terhadap mayoritas mata uang utama dunia, termasuk rupiah, seiring dengan makin optimisnya investor terhadap peningkatan suku bunga AS pada bulan Desember 2016," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat.
Dolar AS, kata dia, juga masih didukung oleh rencana Presiden AS terpilih Donald Trump yang akan meningkatkan belanja fiskal dan memangkas pajak untuk memacu pertumbuhan perekonomian dan inflasi.
"Pertumbuhan ekonomi AS yang lebih cepat akan meningkatkan inflasi. Kondisi itu dapat mendorong The Fed dapat kembali memperketat kebijakan moneternya pada tahun 2017," katanya.
Di tengah situasi itu, lanjut dia, medorong dana-dana yang ada di negara berkembang beralih ke Amerika Serikat yang otomatis akan meningkatkan nilai dolar AS terhadap mata uang lainnya.
Di sisi lain, dia mengatakan bahwa harga minyak mentah dunia yang diperdagangkan menurun pada akhr pekan ini turut memengaruhi mata uang komoditas, seperti rupiah.
Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI crude, Jumat sore (25/11), melemah 0,88 persen ke posisi 47,54 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah jenis brent crude turun 1,18 persen menjadi 48,42 dolar AS per barel.
Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk. Reny Eka Putri mengatakan bahwa salah satu poin yang dicermati pelaku pasar adalah besaran kenaikan suku bunga Amerika Serikat.
Menurut dia, jika kenaikan suku bunga AS sesuai dengan proyeksi pasar, yakni dengan kenaikan sekitar 25 basis poin, dampaknya tidak terlalu besar karena sudah diantisipasi pasar.
Dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI), Jumat, mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.570 dari posisi pada hari Kamis (24/11) sebesar Rp13.540.
"Dolar AS masih melanjutkan penguatannya terhadap mayoritas mata uang utama dunia, termasuk rupiah, seiring dengan makin optimisnya investor terhadap peningkatan suku bunga AS pada bulan Desember 2016," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat.
Dolar AS, kata dia, juga masih didukung oleh rencana Presiden AS terpilih Donald Trump yang akan meningkatkan belanja fiskal dan memangkas pajak untuk memacu pertumbuhan perekonomian dan inflasi.
"Pertumbuhan ekonomi AS yang lebih cepat akan meningkatkan inflasi. Kondisi itu dapat mendorong The Fed dapat kembali memperketat kebijakan moneternya pada tahun 2017," katanya.
Di tengah situasi itu, lanjut dia, medorong dana-dana yang ada di negara berkembang beralih ke Amerika Serikat yang otomatis akan meningkatkan nilai dolar AS terhadap mata uang lainnya.
Di sisi lain, dia mengatakan bahwa harga minyak mentah dunia yang diperdagangkan menurun pada akhr pekan ini turut memengaruhi mata uang komoditas, seperti rupiah.
Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI crude, Jumat sore (25/11), melemah 0,88 persen ke posisi 47,54 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah jenis brent crude turun 1,18 persen menjadi 48,42 dolar AS per barel.
Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk. Reny Eka Putri mengatakan bahwa salah satu poin yang dicermati pelaku pasar adalah besaran kenaikan suku bunga Amerika Serikat.
Menurut dia, jika kenaikan suku bunga AS sesuai dengan proyeksi pasar, yakni dengan kenaikan sekitar 25 basis poin, dampaknya tidak terlalu besar karena sudah diantisipasi pasar.
Dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI), Jumat, mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.570 dari posisi pada hari Kamis (24/11) sebesar Rp13.540.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: