Rupiah Kamis pagi melemah delapan poin
24 November 2016 10:57 WIB
Petugas menunjukkan uang dolar US dan uang rupiah di tempat penukaran uang di kantor PT Valuta Inti Prima, Jakarta. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak melemah sebesar delapan poin menjadi Rp13.498, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.490 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak melemah sebesar delapan poin menjadi Rp13.498, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.490 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis mengatakan bahwa nilai tukar rupiah melemah bersamaan dengan kurs lain di kawasan Asia di tengah ketidakpastian masih tinggi, paling tidak hingga pertengahan Desember 2016.
Ia menambahkan bahwa pelaku pasar merespon dolar AS setelah notulensi pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menunjukkan mayoritas anggota The Fed percaya diri terhadap kenaikan suku bunganya dalam waktu dekat.
"Pelemahan kurs di kawasan Asia pada perdagangan hari ini (24/11) menjadi tidak terhindarkan, walaupun tren penguatan rupiah masih akan bertahan di jangka panjang," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa laporan ekonomi Amerika Serikat yang optimis dan berada di jalur pertumbuhan yang stabil masih menopang dolar AS terhadap mayoritas kurs dunia.
Ia mengemukakan bahwa kenaikan pemesanan barang tahan lama di AS pada bulan Oktober sebesar 0,4 persen setelah penurunan di bulan September dan data klaim tunjangan pengangguran yang solid juga turut memperkuat pandangan kenaikan suku bunga acuan AS.
Di sisi lain, lanjut dia, sentimen konsumen juga membaik pada bulan ini setelah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden. Indeks sentimen konsumen naik ke 93.8, dengan kenaikan tercatat di semua kelompok pendapatan dan usia di seluruh wilayah negara.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis mengatakan bahwa nilai tukar rupiah melemah bersamaan dengan kurs lain di kawasan Asia di tengah ketidakpastian masih tinggi, paling tidak hingga pertengahan Desember 2016.
Ia menambahkan bahwa pelaku pasar merespon dolar AS setelah notulensi pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menunjukkan mayoritas anggota The Fed percaya diri terhadap kenaikan suku bunganya dalam waktu dekat.
"Pelemahan kurs di kawasan Asia pada perdagangan hari ini (24/11) menjadi tidak terhindarkan, walaupun tren penguatan rupiah masih akan bertahan di jangka panjang," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa laporan ekonomi Amerika Serikat yang optimis dan berada di jalur pertumbuhan yang stabil masih menopang dolar AS terhadap mayoritas kurs dunia.
Ia mengemukakan bahwa kenaikan pemesanan barang tahan lama di AS pada bulan Oktober sebesar 0,4 persen setelah penurunan di bulan September dan data klaim tunjangan pengangguran yang solid juga turut memperkuat pandangan kenaikan suku bunga acuan AS.
Di sisi lain, lanjut dia, sentimen konsumen juga membaik pada bulan ini setelah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden. Indeks sentimen konsumen naik ke 93.8, dengan kenaikan tercatat di semua kelompok pendapatan dan usia di seluruh wilayah negara.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: