Singapura (ANTARA News) - Kementerian BUMN menargetkan PT Kertas Kraft Aceh (KKA) Persero beroperasi kembali pada kuartal I 2017 seiring dengan akan masuknya investor asal Finlandia, Floresta.

"Kita siap menghidupkan kembali KKA dengan skema kerja sama operasional (KSO) yang melibatkan investor Filandia, termasuk Semen Indonesia, Perusahaan Pengelola Aset (PPA)," kata Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN, Aloysius Kiik Ro, saat mendampingi Menteri BUMN Rini Soemarno pada peluncuran "data center Telin-3" milik TelkomGroup, di Singapura, Rabu.

Menurut Aloysius, "due dilligence" (uji tuntas) sedang memasuki tahap akhir yang dijadwalkan tuntas sebelum akhir tahun 2016.

Uji tuntas meliputi proses pencarian mitra lokal maupun asing, termasuk kepastian pasokan gas alam, serta kayu pinus yang berasal dari kelolaan hutan di wilayah kerja KKA.

Pihak yang akan terlibat dalam skema KSO tersebut, meliputi Florestas, termasuk mitra lokal seperti PT Semen Indonesia, PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA).

"Pasokan gas alam sudah siap, yang akan dialirkan dari kilang LNG Arun. Tinggal persoalan pendanaan untuk mengoperasikan pabrik," ucapnya.

Sedangkan persoalan lainnya adalah pasokan bahan baku kertas dari hutan tanaman industri yang dikelola oleh BUMN Kehutanan.

Aloysius menjelaskan, para pihak KSO akan dibuat semacam perjanjian terlebih dulu untuk kepastian bahan baku dan termasuk permodalan.

"Sesuai dengan hitung-hitungannya, dibutuhkan investasi sekitar Rp300 miliar - Rp400 miliar yang diupayakan sekitar 60 persen dari pihak investor asing, selebihnya dari mitra lokal," tuturnya.

Dana tersebut dialokasikan untuk modernisasi beberapa peralatan, yang diharapkan bisa mendorong efisiensi ketika pabrik mulai operasional.

Menurut catatan, KKA berhenti beroperasi sejak tahun 2007 akibat berbagai persoalan yang menerpa perusahaan terutama akibat terhentinya pasokan bahan bakar gas dan bahan baku kayu.

Perusahaan yang sahamnya dikuasai Pemerintah RI sebesar 96,67 persen ini berlokasi di Lhoksemawe, memproduksi berbagai jenis kertas kantong semen, dan pulp dengan cara mengolah bahan-bahan mentah menjadi bahan baku.

Sebelumnya berbagai upaya sudah dilakukan Pemerintah untuk menghidupkan pabrik kertas KKA yang pada tahun 2011 mencatat utang sekitar Rp3,2 triliun.

Berbagai upaya sudah dilakukan Pemerintah untuk menyelematkan KKA mulai dari mengundang 12 perusahaan dari berbagai negara, dengan beragam seperti akuisisi saham hingga KSO, namun hingga kini belum berhasil.