Dato Sri Tahir donasikan 14 juta dolar AS untuk UNHCR
23 November 2016 16:06 WIB
Presdir PT. Bank ICBC Indonesia Shen Xiaoqi (kanan) berbincang bersama CEO Mayapada Group Datok Sri Tahir (kiri) dan Presdir Maspion Group Alim Markus di sela perayaan Tahun Baru China di Jakarta, Rabu (18/3/2015) malam. (ANTARA FOTO/Audy Alwi)
Jakarta (ANTARA News) - Pendiri Grup Mayapada dan Yayasan Tahir, Dato Sri Tahir mengumumkan donasi sebesar 14 juta dolar AS untuk program pendidikan Komisi Masalah Pengungsi PBB (UNHCR) bagi anak-anak pengungsi di seluruh dunia.
"Saya memiliki ikatan emosional dengan para pengungsi ini karena saya berasal dari negara dengan penduduk Muslim sehingga saya merasa harus melakukan sesuatu," kata Tahir di Kantor UNHCR, Jakarta, Rabu.
Secara khusus, Tahir meminta kepada UNHCR untuk menggunakan dana 14 juta dolar tersebut untuk membangun sekolah bagi anak-anak pengungsi.
Menurut Tahir, persoalan pengungsi bukan hanya tentang kebutuhan logistik, namun juga harga diri mereka sebagai manusia, dan terutama sebagai orang tua yang khawatir pada masa depan anak-anak mereka.
Pada akhir Oktober 2016, Tahir telah mengunjungi pengungsian UNHCR di perbatasan Yordania dan Irak yang saat ini menampung lebih dari 65 ribu pengungsi Suriah.
Dalam kesempatan itu, Tahir menyumbang 3 juta dolar AS secara tunai untuk membangun sekolah bagi anak-anak pengungsi Suriah di Yordania.
"Saya bertemu dengan beberapa pengungsi dan berbicara langsung, rata-rata mereka menerima nasib bahwa mereka tidak akan bisa pulang lagi ke negaranya (Suriah), tapi yang tidak bisa mereka terima adalah ketidakpastian masa depan anak-anak mereka," tuturnya.
Atas inisiatif tersebut dan berbagai upaya lain yang dilakukan Tahir di bidang kemanusiaan, UNHCR menunjuknya sebagai advokat utama bagi pengungsi.
Tahir menjadi advokat utama UNHCR yang pertama dari kawasan Asia Timur dan ketiga di dunia setelah Hamdi Ulukaya dari Amerika Serikat dan Sheikha Jawaher Al Qassimi dari Uni Emirat Arab.
"Saya memiliki ikatan emosional dengan para pengungsi ini karena saya berasal dari negara dengan penduduk Muslim sehingga saya merasa harus melakukan sesuatu," kata Tahir di Kantor UNHCR, Jakarta, Rabu.
Secara khusus, Tahir meminta kepada UNHCR untuk menggunakan dana 14 juta dolar tersebut untuk membangun sekolah bagi anak-anak pengungsi.
Menurut Tahir, persoalan pengungsi bukan hanya tentang kebutuhan logistik, namun juga harga diri mereka sebagai manusia, dan terutama sebagai orang tua yang khawatir pada masa depan anak-anak mereka.
Pada akhir Oktober 2016, Tahir telah mengunjungi pengungsian UNHCR di perbatasan Yordania dan Irak yang saat ini menampung lebih dari 65 ribu pengungsi Suriah.
Dalam kesempatan itu, Tahir menyumbang 3 juta dolar AS secara tunai untuk membangun sekolah bagi anak-anak pengungsi Suriah di Yordania.
"Saya bertemu dengan beberapa pengungsi dan berbicara langsung, rata-rata mereka menerima nasib bahwa mereka tidak akan bisa pulang lagi ke negaranya (Suriah), tapi yang tidak bisa mereka terima adalah ketidakpastian masa depan anak-anak mereka," tuturnya.
Atas inisiatif tersebut dan berbagai upaya lain yang dilakukan Tahir di bidang kemanusiaan, UNHCR menunjuknya sebagai advokat utama bagi pengungsi.
Tahir menjadi advokat utama UNHCR yang pertama dari kawasan Asia Timur dan ketiga di dunia setelah Hamdi Ulukaya dari Amerika Serikat dan Sheikha Jawaher Al Qassimi dari Uni Emirat Arab.
Pewarta: Azizah Fitriyanti
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: