Hanoi (ANTARA News) - Vietnam membatalkan rencana pembangunan dua pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) senilai triliunan rupiah karena alasan lingkungan dan keuangan setelah biaya proyek tersebut meroket.

Dua PLTN di pusat Provinsi Ninh Thuan akan memiliki kapasitas gabungan sebesar 4.000 megawatt dan akan dikembangkan dengan bantuan dari perusahaan Rusia Rosatom dan konsorsiun Jepang JINED.

Biaya PLTN tersebut -- yang akan menjadi yang pertama di Asia Tenggara -- melonjak dua kali lipat sejak proyek diajukan pertama kali pada 2009 menjadi sekitar 18 miliar dolar AS (sekitar Rp242,4 triliun), kata para pejabat sebelumnya.

Pemerintah mengatakan anggaran meroket karena para pengembang mencari teknologi yang lebih canggih setelah bencana nuklir Fukushima, Jepang, pada 2011.

"Proyek itu ditangguhkan bukan karena alasan teknologi, tapi karena kondisi ekonomi negara saat ini," kata pemerintah di situsnya, seperti dilansir AFP, Selasa (23/11) waktu setempat.

Vietnam berkutat dengan lonjakan defisit anggaran dan mengatakan pihaknya kemungkinan akan gagal mencapai target pertumbuhan ambisiusnya sebesar 6,7 persen tahun ini.

Pemerintah mengatakan pihaknya sebaliknya akan mengalokasikan dana untuk proyek-proyek infrastruktur lainnya dan mengatasi masalah perubahan iklim.

Meskipun tenaga nuklir tidak menghasilkan emisi karbon yang berbahaya, aktivis lingkungan sudah menyuarakan keprihatinan tentang penyimpanan limbah nuklir.

Vietnam, yang berpenduduk 93 juta jiwa, menghadapi kekurangan pasokan listrik dalam beberapa tahun terakhir dan berpaling ke negara-negara tetangga seperti Laos untuk meningkatkan cadangan energinya.