New York (ANTARA News) - Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Urusan Kemanusiaan menyatakan bahwa hingga Minggu (20/11) ada 68.500 orang yang harus mengungsi karena operasi militer untuk merebut kembali Kota Mosul di Irak.

Itu adalah lonjakan dari hampir 60.000 orang pada tiga hari sebelumnya, kata Juru Bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Stephane Dujarric kepada wartawan di Markas Besar PBB, New York, Senin (21/11).

"Penilaian kesehatan yang dilakukan di Kamp Zelikan, timur-laut Mosul, menunjukkan kebutuhan luas dan mendesak akan bantuan psikologis di kalangan keluarga yang mengungsi, dengan hampir tiga-perempat orang yang diwawancarai menyampaikan tingkat tekanan sangat kuat," kata Dujarric.

Pada 14-20 November, ia menjelaskan, dukungan psikososial telah diberikan kepada lebih dari 1.000 perempuan dan lebih dari 160 lelaki yang terdampak konflik Mosul.

Hampir 1.200 anak lelaki dan hampir 1.100 anak perempuan menerima bantuan psikologis pertama di ruang ramah anak, katanya sebagaimana diberitakan Xinhua.

Mitra kemanusiaan juga berusaha memperoleh dana untuk Rencana Tanggap Kemanusiaan Irak 2016 yang diluncurkan pada Januari. Rencana itu memerlukan 861 juta dolar AS untuk mendukung 7,3 juta warga Irak yang rentan di seluruh negeri tersebut.

Setakat ini, 69 persen keperluan itu telah diterima, kata Dujarric.

Pada 17 Oktober, Perdana Menteri Irak Haider Al-Abadi --yang juga adalah Panglima Pasukan Irak, mengumumkan dimulainya operasi besar untuk merebut kembali Mosul, kota terbesar kedua di negeri tersebut yang kubu utama terakhir ISIS di Irak.

Mosul, sekitar 400 kilometer di sebelah utara Ibu Kota Irak, Baghdad, telah dikuasai ISIS sejak Juni 2014, ketika pasukan pemerintah Irak meninggalkan senjata mereka dan menyelamatkan diri, sehingga memungkinkan petempur ISIS merebut kendali atas banyak wilayah Irak Barat dan Utara. (Uu.C003)