Tokoh Buddha internasional puji kerukunan di Indonesia
19 November 2016 21:50 WIB
Ilustrasi. Diorama patung Buddha di salah saru pusat perbelanjaan di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (27/5/2015). Patung Buddha setinggi 12 meter yang terbuat dari stryrofoam tersebut dipamerkan untuk memperingati hari raya Waisak. (ANTARA FOTO/Herman Dewantoro)
Medan (ANTARA News) - Tokoh umat Buddha internasional Passang Rinpoche memuji keharmonisan dan kerukunan umat beragama yang ada di Indonesia.
Pujian itu disampaikannya ketika memberikan "dhamma talk" atau wejangan dalam doa bersama Umat Buddha Nusantara di lapangan eks Bandara Polonia Medan, Sabtu malam.
Menurut Passang Rinpoche, bentuk kerukunan itu terlihat dari banyaknya umat dari agama lain yang bersedia hadir dan memeriahkan kegiatan yang berlangsung selama tiga hari tersebut.
Bahkan, ia mengaku kagum karena kegiatan tersebut juga dibuka Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin, dan dihadiri tokoh-tokoh ternama seperti Gubernur Sumatera Utara HT Erry Nuradi, sejumlah anggota DPR RI, tokoh masyarakat, dan tokoh dari berbagai agama.
"Itu merupakan gambaran bahwa disini (Indonesia) umat beragama saling menghormati," katanya melalui penerjemah bahasa.
Ia juga memuji kekompakan umat Buddha di Indonesia yang hadir hingga ribuan orang untuk mengikuti doa bersama itu meski berasal dari berbagai aliran.
Kekompakan dan kerukunan beragama tersebut menyebabkan umat Buddha dari berbagai daerah, bahkan dari Tiongkok, Malaysia, dan Singapura untuk hadir guna meramaikan doa bersama.
"Ini bukti kegiatan ini memiliki makna yang sangat besar," katanya.
Kegiatan besar seperti doa bersama tersebut mungkin dianggap seperti sebuah pesta jika dilihat aspek keramaian dan kemeriahan acara.
Namun substansi dari kegiatan itu adalah pesan agar antaragama perlu saling menghargai dan saling mendoakan agar kehidupan lebih sejahtera.
"Kalau bisa hidup saling menghargai, hidup akan menjadi aman," ujar Passang Rinpoche.
Usai dhamma talk tersebut, dilakukan doa bersama yang dipimpin sejumlah bikhu dan diikuti lebih dari 10 ribu umat Buddha.
Ketua Panitia Doa Bersama Umat Buddha Nusantara Sutrisno mengatakan, isi doa tersebut berkaitan dengan kemajuam bangsa Indonesia agar terhindari dari segala bencana sesuai tema kegiatan "Untuk Negeriku Indonesia".
Pujian itu disampaikannya ketika memberikan "dhamma talk" atau wejangan dalam doa bersama Umat Buddha Nusantara di lapangan eks Bandara Polonia Medan, Sabtu malam.
Menurut Passang Rinpoche, bentuk kerukunan itu terlihat dari banyaknya umat dari agama lain yang bersedia hadir dan memeriahkan kegiatan yang berlangsung selama tiga hari tersebut.
Bahkan, ia mengaku kagum karena kegiatan tersebut juga dibuka Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin, dan dihadiri tokoh-tokoh ternama seperti Gubernur Sumatera Utara HT Erry Nuradi, sejumlah anggota DPR RI, tokoh masyarakat, dan tokoh dari berbagai agama.
"Itu merupakan gambaran bahwa disini (Indonesia) umat beragama saling menghormati," katanya melalui penerjemah bahasa.
Ia juga memuji kekompakan umat Buddha di Indonesia yang hadir hingga ribuan orang untuk mengikuti doa bersama itu meski berasal dari berbagai aliran.
Kekompakan dan kerukunan beragama tersebut menyebabkan umat Buddha dari berbagai daerah, bahkan dari Tiongkok, Malaysia, dan Singapura untuk hadir guna meramaikan doa bersama.
"Ini bukti kegiatan ini memiliki makna yang sangat besar," katanya.
Kegiatan besar seperti doa bersama tersebut mungkin dianggap seperti sebuah pesta jika dilihat aspek keramaian dan kemeriahan acara.
Namun substansi dari kegiatan itu adalah pesan agar antaragama perlu saling menghargai dan saling mendoakan agar kehidupan lebih sejahtera.
"Kalau bisa hidup saling menghargai, hidup akan menjadi aman," ujar Passang Rinpoche.
Usai dhamma talk tersebut, dilakukan doa bersama yang dipimpin sejumlah bikhu dan diikuti lebih dari 10 ribu umat Buddha.
Ketua Panitia Doa Bersama Umat Buddha Nusantara Sutrisno mengatakan, isi doa tersebut berkaitan dengan kemajuam bangsa Indonesia agar terhindari dari segala bencana sesuai tema kegiatan "Untuk Negeriku Indonesia".
Pewarta: Irwan Arfa
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: