Warga Kediri rasakan gempa cukup kuat
17 November 2016 00:40 WIB
Warga berdiri di depan sebuah rumah yang mengalami kerusakan akibat gempa di Pagelaran, Malang, Jawa Timur, Kamis (17/11/2016). Gempa berkekuatan 6,2 Skala Richter (SR) yang terjadi pada Rabu (16/11/2016) menyebabkan puluhan rumah di sejumlah wilayah di Malang rusak. (ANTARA/HY Prabowo)
Kediri (ANTARA News) - Warga Kota Kediri, Jawa Timur, merasakan gempa, yang berpusat 127 km arah tenggara Kota Malang, dengan cukup kuat.
"Tadi sempat terasa sangat keras, bahkan cukup lama. Saya kira apa, kok terasa goyang-goyang, ternyata gempa," kata Endi, warga Kota Kediri, Rabu malam.
Ia mengatakan, kaca di rumahnya sempat bergetar. Bahkan, getaran itu juga terjadi cukup lama. Ia pun awalnya berniat ke luar rumah, tapi urung, hingga getaran itu berhenti.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Nana, warga Kediri lainnya. Ia awalnya merasakan seperti bumi bergoyang, dan ternyata terjadi gempa.
Selain di Kediri, gempa juga dirasakan warga Blitar. Warga yang semula istirahat bahkan terbangun, karena ada gempa yang terjadi dengan durasi cukup lama.
"Tadi sempat tidur sebentar, dan merasa ada goyang-gpyang ternyata gempa. Jadi, tadi langsung bangun tidur, rasanya cukup kaget," kata Ina, warga Blitar.
Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar Ganef Rahmawanto belum bisa dikonfirmasi terkait dengan ada atau tidaknya dampak gempa bumi itu di Blitar. Telepon selulernya tidak bisa dihubungi.
Sementara itu, Kepala Stasiun Geofisika Karangkates Musripan mengemukakan hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi terjadi pada pukul 22.10 WIB, dengan kekuatan 6,2 skala Richter dengan episentrum pada koordinat 9.32 LS dan 113.12 BT kedalaman 69 kilometer (127 km tenggara Malang).
Pihaknya menambahkan, sejak terjadi gempa itu, hingga kini belum ada aktivitas gempa bumi susulan. Gempa ini diduga karena adanya aktivitas antarlempeng.
"Penyebab gempa bumi ini diperkirakan adanya aktivitas subduksi antara lempeng Indo Australia yang menunjam lempeng Eurasia," kata Musripan.
Walaupun terjadi dengan cukup keras, gempa bumi itu dari hasil analisis tidak berpotensi menyebabkan terjadinya gelombang tsunami. Pihaknya mengimbau masyarakat tenang dan terus mengikuti arahan BPBD dan BMKG.
"Tadi sempat terasa sangat keras, bahkan cukup lama. Saya kira apa, kok terasa goyang-goyang, ternyata gempa," kata Endi, warga Kota Kediri, Rabu malam.
Ia mengatakan, kaca di rumahnya sempat bergetar. Bahkan, getaran itu juga terjadi cukup lama. Ia pun awalnya berniat ke luar rumah, tapi urung, hingga getaran itu berhenti.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Nana, warga Kediri lainnya. Ia awalnya merasakan seperti bumi bergoyang, dan ternyata terjadi gempa.
Selain di Kediri, gempa juga dirasakan warga Blitar. Warga yang semula istirahat bahkan terbangun, karena ada gempa yang terjadi dengan durasi cukup lama.
"Tadi sempat tidur sebentar, dan merasa ada goyang-gpyang ternyata gempa. Jadi, tadi langsung bangun tidur, rasanya cukup kaget," kata Ina, warga Blitar.
Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar Ganef Rahmawanto belum bisa dikonfirmasi terkait dengan ada atau tidaknya dampak gempa bumi itu di Blitar. Telepon selulernya tidak bisa dihubungi.
Sementara itu, Kepala Stasiun Geofisika Karangkates Musripan mengemukakan hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi terjadi pada pukul 22.10 WIB, dengan kekuatan 6,2 skala Richter dengan episentrum pada koordinat 9.32 LS dan 113.12 BT kedalaman 69 kilometer (127 km tenggara Malang).
Pihaknya menambahkan, sejak terjadi gempa itu, hingga kini belum ada aktivitas gempa bumi susulan. Gempa ini diduga karena adanya aktivitas antarlempeng.
"Penyebab gempa bumi ini diperkirakan adanya aktivitas subduksi antara lempeng Indo Australia yang menunjam lempeng Eurasia," kata Musripan.
Walaupun terjadi dengan cukup keras, gempa bumi itu dari hasil analisis tidak berpotensi menyebabkan terjadinya gelombang tsunami. Pihaknya mengimbau masyarakat tenang dan terus mengikuti arahan BPBD dan BMKG.
Pewarta: Destyan Hendri Sujarwoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: