Jember, Jawa Timur (ANTARA News) - Mantan Ketua Umum PBNU menyarankan Presiden Joko Widodo mengutus ulama yang betul-betul berhati ulama untuk berkomunikasi dengan kelompok-kelompok yang kini terus mendesak penegakan hukum atas kasus penistaan agama sehingga lebih diterima.

"Kalau tidak ulama yang memang berhati ulama, maka tidak nyambung. Kalau yang diutus adalah orang politik maka yang muncul lebih ke politik. Misalnya ini masalah Quran, yang diutus harus orang yang ngerti Quran, bukan malah orang yang Quran saja tidak percaya," kata dia kepada wartawan usai berbicara pada seminar nasional tentang perjuangan pahlawan nasional KHR Asad Syamsul Arifin di Ponpes Nurul Qarnain, Baletbaru, Sukowono, Jember, Jawa Timur, Minggu.

Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam Malang ini, sebetulnya demonstrasi 4 Nopember dan kemungkinan akan dilanjutkan pada 25 Nopember 2016 itu tidak perlu terjadi jika masalah dugaan penistaan agama itu diselesaikan.

"Intinya di proses hukum, yang sekarang masih samar-samar. Mestinya pemerintah (Presiden) segera menemui mereka (pendemo). Ini karena belum ketemu, padahal mereka sudah ke Istana. Semakin lama tertunda, maka emosi umat akan semakin meningkat, tentu masalahnya makin berat," kata anggota Dewan Pertimbangan Presiden ini.

Menurut dia, masalah yang muncul akibat pernyataan Gubernur petahana DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) itu menjadi viral di berbagai media sosial dan masyarakat karena yang diurusi pemerintah bukan pada inti persoalannya.

Hasyim mengaku sudah berkali-kali menyampaikan saran ini kepada Jokowi

Mengenai umat Islam yang akan melakukan aksi damai lanjutan, Hasyim mengingatkan untuk fokus pada perjuangan agar masalah hukum penistaan agama ditegakkan.

"Jangan melebar ke mana-mana. Ke khilafah dan lainnya. Melebarnya itu akan dimuati kepentingan yang lain. Misalnya soal khilafah ikut-ikutan, itu secara tidak langsung sama dengan anti-NKRI," kata Hasyim.

Pengasuh Ponpes Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Situbondo, KHR Ahmad Azaim Ibrahimy, mengajak umat Islam untuk meneladani sikap KHR Asad Syamsul Arifin dalam memandang pesoalan kebangsaan, yakni mendahulukan kemaslahatan umat.

"Beliau selalu menempatkan nilai keagamaan untuk menyikapi masalah kebangsaan. Kalau sekarang malah ada yang berusaha membenturkan antara agama dengan negara," kata dia.

Mengenai seruan untuk ratusan ribu alumnus Ponpes Sukorejo yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, mengenai aksi damai 25 Nopember, Kiai Azaim menyatakan masih menunggu perkembangan.

"Sifatnya masih kondisional. Kalau nanti menurut kami perlu siaga, kami nanti akan mengeluarkan intsruksi," kata cucu Kiai Asad ini.