Jakarta (ANTARA News) - Tolerance Film Festival digelar di Institut Prancis di Indonesia IFI pada 13-15 November yang bekerjasama dengan Hadassah of Indonesia.




Tolerance Film Festival dimulai dari gagasan Hadassah of Indonesia yang berjejaring dengan GUSDURian, komunitas penerus perjuangan dan idealisme Gus Dur, serta komunitas Republik Ngapak.




Film dokumenter "Dancing in Jaffa" jadi pembuka Tolerance Film Festival di IFI, Minggu. Film karya sutradara Hilla Medalia ini meraih predikat Honorable Mention penghargaan One Future Prize dalam Festival Film Munich 2013.




"Dancing in Jaffa" bercerita tentang maestro tari ballroom Pierre Dulaine yang membuka kelas tari di kota Jaffa.




Di kota yang terbelah menjadi dua, antara penduduk Yahudi dan Palestina, Pierre Dulaine merangkul para remaja dari berbagai latar belakang lewat pelajaran dan kompetisi tari.




Isu identitas, segregasi dan prasangka yang diracik dalam film ini menggambarkan kelas tari bisa mengubah kebencian jadi kasih sayang.




Pada 14 November, Tolerance Film Festival menayangkan "In Line for Anne Frank", "The Bottle in the Gaza Sea" dan "Of Many". Sedangkan pada hari terakhir, film yang ditayangkan adalah "My 100 Children" dan "Where Do We Go Now?".